1. Allah itu Wujud (ada), mustahil ‘Adam (tiada). “Allah lah yang menciptakan Iangit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (QS. As Sajdah: 4).

2. Allah itu Qidam (paling awal), mustahil Huduts (ada yang mendahului). “Dialah yang Awal dan Yang Akhir. Yang Zhahir (Yang nyata adanya karena banyak buktinya) dan yang Batin (yang tak dapat digambarkan hikmat Dzat-Nya oleh akal).” (QS. Al Hadid: 3).

3. Allah itu Baqo (kekal/abadi/tidak pernah berakhir), mustahil Fana (berakhir). “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 27).

4. Allah itu Mukholafatu lil hawaditsi (berbeda dengan semua mahluk/segala sesuatu), mustahil Mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai). Ditegaskan dalam Al Qur’an, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syuro: 11).

5. Allah itu Qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), mustahil Ihtiyaju lighoirihi (membutuhkan yang lain). “sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al Ankabut: 6).

6. Allah itu Wahdaniyat (Esa/Tunggal), mustahil Ta’adud (terbilang). “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (QS.Al Ikhlas: 1).

7. Allah itu Qudrat (Kuasa), mustahil ‘Ajzun (lemah). “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqoroh: 20).

8. Allah itu Irodat (berkehendak), mustahil Karohah (terpaksa). “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107).

9. Allah itu Ilmu (maha mengetahui), mustahil ]ahlun (bodoh). “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.An Nisa’: 176).

10. Allah itu Hayat (hidup), mustahil Mautun (mati).

11. Allah itu Sama’ (Maha mendengar), mustahil Shomamun (tuli). “Dan Allah Maha Mendengar serta Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqoroh: 256).

12. Allah itu Bashor (Maha Melihat), mustahil ‘Ama (buta). “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hujurat: 18).

13. Allah itu Kalam (berfirman), mustahil Bakamun (bisu). “Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan langsung.” (QS. An Nisa: 164).

14. Allah itu Qodiron (Dzat Yang Maha Berkuasa), mustahil Kaunuhu ‘ajiyan (Dzat yang lemah). “Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqoroh: 20).

15. Allah itu Muridan (Dzat Yang Maha Berkehendak), mustahil Kaunuhu kariban (Dzat yang terpaksa). “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki.” (QS. l1/Hud: 107).

16. Allah itu Aliman (Dzat Yang Maha Mengetahui), mustahil Kaunuhu jahilan (Dzat yang bodoh). “Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu.” (QS. 4/An Nisa’: 176).

17. Allah itu Hayyan (Dzat Yang Hidup), mustahil Mayyitan (Dzat yang mati). “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati.” (QS. Al Furqon: 58).

18. Allah itu Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), mustahil Kaunuhu ashomma (Dzat yang tuli). “Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” [QS. Al Baqoroh: 256).

19. Allah itu Bashiron (Dzat Yang Maha Melihat), mustahil Kaunuhu 'ama (Dzat Yang buta). "Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hujurat: 18).

20. Allah itu Mutakalliman (Dzat yang berfirman), mustahil Kaunuhu abkama (Dzat yang bisu). "Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan langsung." [QS. An Nisa': 164).

Rukun Islam sebagai berikut:
1. Membaca 2 Kalimat Syahadat
Dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka seseorang sudah RESMI masuk agama Islam. Secara bahasa, arti syahadat adalah PENGAKUAN. Sehingga kita bisa artikan bahwa ada 2 kalimat pengakuan yg harus dilakukan, diyakini, dan diucapkan…pertama, mengakui bahwa tidak ada Tuhan (yg patut disembah) kecuali ALLOH SWT, serta mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.

Kalimat pernyataan ini biasa dituliskan sebagai berikut:
“Asy hadu al-laa ilaaha illallaah…wa asy-hadu anna Muhammadarrasulullah.”

2. Sholat
Setelah mengucapkan 2 kalimat syahadat, muslim(ah) tersebut BERKEWAJIBAN MENDIRIKAN SHOLAT. Dalam Islam, sholat merupakan hal terpenting…karena di hari akhirat kelak, sholat merupakan hal yg pertama ditanyakan. Hal ini sesuai dengan hadits berikut,“Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi.” (HR. An-Nasaa’i dan Tirmidzi)

Dalil diwajibkannya sholat adalah sebagai berikut:
- Al Baqarah(2):43,“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

- Al Baqarah(2):83,“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”

- Al Baqarah(2):110,“Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

- Al Baqarah(2):177,“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

- Al Baqarah(2):277,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

- An Nisa(4):77,“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.”

- An Nisa(4):103,“Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

- An Nisa(4):162,“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.”

- Al Maidah(5):12,“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.”

- Al Maidah(5):55,“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”

- Al An’aam(6):72,“Dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya.” Dan Dialah Tuhan Yang kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.”

- Al A’raaf(7):170,“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.”

- Al Anfaal(8):3,“(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

- At Taubah(9):5,“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

- At Taubah(9):11,“Jika mereka bertobat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”

- At Taubah(9):18,“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

- At Taubah(9):71,“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

- Al Hajj(22):41,“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

- Al Mu’minuun(23):9,“dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.”

- An Nuur(24):56,“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

- An Naml(27):3,“(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.”

- Al ‘Ankabuut(29):45,“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

- Luqman(31):4,“(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.”

- Fathir(35):18,“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barang siapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali (mu).”

- Fathir(35):29,“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,”

- Al Mujaadilah(58):13,“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

- Al Ma’arij(70):34,“Dan orang-orang yang memelihara salatnya.”

- Al Muzammil(73):20,“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

- Al Bayyinah(98):5,“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Sholat yg WAJIB didirikan oleh seorang muslim(ah) adalah:
1. Sholat Subuh, sebanyak 2 raka’at
2. Sholat Dhuhur, sebanyak 4 raka’at
3. Sholat Ashar, sebanyak 4 raka’at
4. Sholat Maghrib, sebanyak 3 raka’at
5. Sholat Isya’, sebanyak 4 raka’at

3. Zakat
Kewajiban seorang muslim(ah) berikutnya adalah menunaikan zakat (jika mampu dan memenuhi kaidah dan aturan serta terkena syarat yg berlaku). Dalam Al Qur’an, perintah zakat pada umumnya ‘berpasangan’ dengan sholat. Sebagai contoh, pada ayat-ayat berikut:
- Al Baqarah(2):110,“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

- Al Baqarah(2):177,“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

- Al Maidah(5):55,“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”

Zakat dilakukan di akhir hari menjelang Ramadhan berakhir…hingga dimulainya sholat ‘Ied Fitri. Pembagian zakat terutama diperuntukkan untuk 8 penerima (mustahik), sebagaimana disebut dalam At Taubah(9):60,“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Dari ayat tersebut, bisa diuraikan sebagai berikut:
a. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
b. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
c. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
d. Muallaf: orang yang (baru) masuk Islam yang imannya masih lemah.
e. Memerdekakan budak: termasuk di dalamnya melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
f. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
g. Pada jalan ALLOH SWT (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin.
h. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat.

Dalil-dalil lain tentang zakat adalah sebagai berikut:
- Al Baqarah(2):43,“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

- Al Baqarah(2):83,“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.”

- Al Baqarah(2):110,“Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

- Al Baqarah(2):177,“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

- Al Baqarah(2):277,“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

- An Nisa(4):77,“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.”

- An Nisa(4):162,“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.”

- Al Maidah(5):12,“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.”

- Al Maidah(5):55,“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).”

- At Taubah(9):5,“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

- At Taubah(9):11,“Jika mereka bertobat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”

- At Taubah(9):18,“Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

- At Taubah(9):71,“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

- Al Hajj(22):41,“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”

- An Nuur(24):56,“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

- An Naml(27):3,“(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.”

- Luqman(31):4,“(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat.”

- Al Mujaadilah(58):13,“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi tobat kepadamu maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

- Al Muzammil(73):20,“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

- Al Bayyinah(98):5,“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

4. Puasa/Shaum
Kewajiban berpuasa/shaum dilakukan di bulan Ramadhan, selama sebulan penuh. Pada saat berpuasa, seorang muslim(ah) harus menahan diri untuk tidak makan, minum, dan berhubungan suami-istri sejak fajar tiba hingga magrib.

Dasarnya adalah Al Baqarah(2):183,“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

5. Naik Haji (jika mampu)
Puncak dari ibadah yg diwajibkan untuk seorang muslim(ah) adalah pergi naik haji. Disebut puncak, karena saat ibadah haji ini, hampir semua faktor terlibat…baik fisik, waktu, harta. Selain itu, ibadah haji mirip dengan puasa, waktunya tertentu…di bulan Dzulhijjah.

Kewajiban berhaji (bagi yg mampu) tertera di Al Baqarah(2):196,“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”

Semoga bermanfaat.

  • Iman kepada Allah
    • Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya
  • Iman kepada Malaikat-malaikat Allah
    • Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta
  • Iman kepada Kitab-kitab Allah
    • Melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an
    • Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur, Taurat, dan Injil
  • Iman kepada Rasul-rasul Allah
    • Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran
  • Iman kepada hari Kiamat
    • Paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan
  • Iman kepada Qada dan Qadar
    • Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta

Tips Bugar Saat Ibadah

  • Latihan jalan sebelum berangkat (jika mampu minimal 7 km, seminggu satu kali)
  • Kurangi kegiatan yang tak perlu
  • Istirahat dan tidur cukup
  • Makan bergizi dan teratur
  • Membawa obat-obatan yang biasa dipakai di tanah air


Tips hindari sakit Batuk

  • Bawa pakaian hangat
  • Gunakan penghangat leher
  • Bawa obat-obatan yang biasa dipakai di tanah air
  • Jangan minum dingin

Tips hindari Influenza

  • Imunisasi
  • Jaga kebersihan
  • Istirahat cukup
  • Makan buah dan sayur
  • Pakai masker

Tip menahan dingin

  • Siapkan pakaian hangat di tas tentengan
  • Pakai baju hangat
  • Pakai krim pelembab
  • Sering minum
  • Banyak makan buah

Tips barang bawaan

  • Alas kaki
  • Kantung kain untuk menyimpan alas kali, payung, dsb
  • Kantung kain untuk membawa batu kerikil saat lempar jumrah
  • Semprotan air
  • Kaca mata hitam pakai tali pengikat di leher
  • Masker
  • Handuk kecil
  • Tas ransel
  • Peniti
  • Alat tulis
  • Buku
  • Tustel
  • Krim pelembab

Tips Membawa Barang

  • Barang bawaan maksimal 35 kg
  • Barang yang dipakai di perjalanan masukkan ke tas tentengan
  • Jangan membawa barang-barang yang terlarang
  • Ikat koper dengan rapi
  • Tandai koper dengan tanda tertentu

Awas copet

Kawasan sekitar Masjidil Haram, ada tiga titik rawan yang harus diwaspadai para jamaah karena rawan kecopetan:

  • Daerah sekitar pelataran masjid
  • Seputaran Ka'bah dan
  • Tempat Tahalul (Marwah).

Tips Saat Tawaf Qudum

Saat Tawaf qudum (selamat datang) dilakukan tak lama setelah jamaah tiba di Makkah. Karena masih lelah setelah perjalanan, dan banyak jamaah yang belum mengenali lokasi akibatnya banyak yang tersesat, maka usahakan membuat kelompok kecil dan jangan sampai terpisah.

Tips Agar tak Tersesat

  • Hafalkan lokasi pondokan
  • Catat nomor telepon dan atau alamat pondokan dan dibawa saat meninggalkan pondokan
  • Berangkat dengan rombongan
  • Bila terpisah dari rombongan, ikut rombongan jamaah RI lainnya
  • Cari petugas haji
  • Bawa tanda pengenal
  • Jamaah yang yang berusia lanjut (lansia) lebih baik didampingi oleh yang lebih muda.

Tips masuk masjid agar tak tersesat

  • Datang ke masjid minimal setengah jam sebelum waktu shalat
  • Ingat nomor atau nama pintu masuk, kenali seperlunya
  • Bawa kantong kain untuk menyimpan alas kaki, payung dan sebagainya, dan bisa dibawa saat sholat.
  • Sebelum masuk masjid buat janji di mana akan bertemu jika ingin pulang bersama.
  • Jangan lupa juga janji pukul berapa bertemu.
  • Tempat berkumpul bisa dipasangi bendera rombongan tinggi-tinggi agar mudah dilihat dari kejauhan.
  • Membuat identitas unik rombongan, bisa dengan selempang, slayer, atau pita di jilbab.

Tips Mencium Hajar Aswad

  • Ambil waktu yang kondisi sekitar ka'bah tidak terlalu padat
  • Pastikan fisik kuat
  • Jangan bawa barang berharga
  • Pastikan cara berpakaian ihram benar dan kuat
  • Jangan gunakan joki
  • Tidak lama-lama
  • Hindari menyakiti sesama jamaah


Tips Tawaf dan Sai`

  • Hafalkan do'a-do'a singkat, jangan disibukkan dengan catatan
  • Berangkat dalam rombongan
  • Makan sebelum berangkat
  • Buat kelompok kecil
  • Sepakati lokasi pertemuan
  • Hindari waktu padat
  • Pindah ke lantai dua dan tiga jika padat

Tips Menyimpan Uang

  • Tukarkan dengan uang pecahan

  • Jangan letakkan uang di satu tempat
  • Jangan buka dompet di tempat umum
  • Titipkan di safety box jika banyak
  • Ke masjid bawa uang secukupnya

Tips di Pondokan

  • Mandi 2-3 jam sebelum waktu shalat
  • Jangan naik lift sendiri
  • Simpan barang di tempat aman
  • Matikan peralatan listrik jika pergi
  • Matikan peralatan masak jika pergi
  • Kenali lokasi pondokan dari jarak jauh maupun dekat
  • Buat denah pondokan

Kebugaran saat ibadah haji

  • Makan makanan yang mengandung gizi seimbang, banyak serat dan tak banyak mengandung lemak.
  • Istirahat yang cukup. Para calon haji, kalau sudah berada di Masjidil Haram, inginnya terus-menerus melakukan ibadah tanpa memikirkan istirahat. Hal ini bisa menyebabkan jamaah haji jatuh sakit.
  • Olahraga ringan setiap pagi

Tip Shalat di Masjid Nabawi

  • Gunakan pakaian hangat ketika berangkat
  • Datang setelah pukul 03.00 (pk 03.00 masjid baru dibuka)
  • Hindari shalat di pelataran masjid
  • Ingat nomor rak sandal


Tips nyaman beribadah

  • Jangan tergantung pembimbing
  • Mantapkan tata cara berhaji
  • Hafalkan doa-doa
  • Buat kelompok kecil

Semoga bermaanfaat.


1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Dikisahkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam terlebih dahulu sampai di sumber mata air Badar dan memutuskan untuk berhenti di tempat itu. Dan itu merupakan bagian dari strategi agar pasukan kaum muslimin dekat dengan sumber air. Melihat hal itu, Habab ibn Mundzir berkomentar, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau memilih tempat ini sebagai pemberhentian kita? Apakah tempat ini memang telah ditentukan Allah kepadamu dan kita tidak dapat memajukan atau mengundurkannya sedikitpun, ataukah ini adalah bagian dari pendapat, strategi, dan siasat perang?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ini hanyalah sekedar pedapat, stategi, dan taktik perang.” Maka Habab berkata, “Wahai Rasulullah, jika demikian halnya, aku juga ingin mengemukakan pendapatku. Menurutku, tempat ini tidak tepat untuk kita berhenti. Sebaiknya kita terus berjalan hingga sampai di mata air yang paling dekat dengan perkemahan bangsa Quraisy. Setelah itu, kita duduki tempat tersebut dan kita hancurkan seluruh sumur yang ada di seberangnya dan menjadikannya kolam penampungan air. Lalu, kita penuhi kolam itu dengan air dan kita baru menyerang mereka. Dengan begitu, niscaya kita akan dapat minum air itu sedang mereka sama sekali tidak bisa meminumnya.” Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Pendapatmu sangat bagus!” Kemudian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun menjalankan taktik yang ditawarkan oleh Habab ibn Mundzir radhiallahu ‘anhu. Petunjuk yang diberikan oleh Habab ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan riwayat munqathi’ -Ibnu Hisyam (2/312-313), atau dengan riwayat mursal dan terhenti pada Urwah sebagaimana yang tertulis dalam al-Ishabah (1/302), Hakim (3/446-447). Riwayat tersebut dinilai sebagai hadis munkar oleh Dzahabi dan Umawi sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Katsir di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah (3/293) dengan silsilah periwayatan yang munqathi’ (terputus).
Ketika mereka telah berhasil menduduki tempat yang dimaksud, Sa’ad ibn Muadz berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, “Wahai Nabi Allah! Tidakkah kami perlu membangun kemah khusus untuk tempat istirahatmu, menyiapkan hewan kendaraanmu dan kemudian kita baru menyerang musuh kita? Sungguh, seandainya Allah memberikan kemenangan dan kejayaan kepada kita atas musuh-musuh kami, maka itulah yang kami inginkan. Namun, bila kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, maka engkau sudah siap untuk menyelamatkan diri dan menemui kaum kita. Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada beberapa kaum yang menantimu di tanah air kita dan kecintaan mereka terhadapmu lebih besar dari kami. Sehingga, bila mereka mendengar bahwa engkau berperang, niscaya mereka pun tidak akan tinggal diam. Allah pasti akan melindungimu dengan mereka. Sebab mereka pasti akan memberimu pertimbangan dan senantiasa berjuang di belakangmu.” Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun menyepakati usulan Sa’ad tersebut.
Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa saat terjadinya perang Badar tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam ikut berperang aktif dan terlibat langsung dalam pertempuran. Jadi, beliau tidak hanya berada di dalam kemah dan berdoa saja sebagaimana dipahami oleh sebagian ahli sejarah. Ahmad menuturkan: Ali radhiallahu ‘anhu menceritakan, “Kalian tentu telah menyaksikan bagaimana kami pada saat pecahnya perang Badar. Saat itu, kami berlindung di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, sedang beliau terus membawa kami mendekati musuh. Dan beliau adalah orang yang paling berani ketika itu.”
Dengan isnad yang sama, sebuah hadis lain menuturkan, “Ketika keberanian mulai memuncak pada saat perang Badar, kami terus bergerak bersama-sama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam Bahkan, beliau adalah orang yang paling berani. Terbukti, tidak ada satu pun kaum muslimin yang paling dekat dengan musuh selain beliau.”
Muslim meriwayatkan: Pada perang Badar, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata kepada para sahabatnya, “Jangan ada seorang pun di antara kalian bergerak sebelum aku memberi komando.” Ibnu Katsir berkata, “Beliau terjun dan terlibat langsung dalam pertempuran itu dengan segenap jiwa dan raga. Demikian halnya dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Sehingga, keduanya tidak hanya berjuang dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah di dalam kemah saja, tetapi juga turun ke medan pertempuran dan bertempur dengan mengerahkan segala daya dan upaya.”
Demikianlah, setelah pada siang harinya mengerahkan segala kemampuan dan daya upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk memenangkan pertempuran, pada malam harinya beliau menghabiskan waktunya untuk terus berdoa dan memohon kepada Allah untuk memberikan kemenangan terhadap pihak tentara Islam. Adapun salah satu doa beliau saat itu adalah seperti yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim berikut: “Ya Allah, sempurnakanlah kepadaku segala apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa-apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam, tentulah Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi ini.”
Sebuah riwayat mengatakan: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam terus berdoa sampai kain sorbannya terjatuh dari kedua pundak beliau. Kemudian, Abu Bakar datang menghampiri beliau, mengambil sorban beliau yang terjatuh dan kemudian memakaikannya kembali ke pundak beliau. Setelah itu, ia pun melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam di belakangnya. Setelah itu, Abu bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, tidakkah sudah cukup permohonanmu kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi seluruh janji-Nya kepadamu?” Maka Allah berfirman,“(lngatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut’.” (QS. Al-Anfal: 9) Dan benar, esok harinya, Allah mengirimkan bala bantuan kepada mereka berupa pasukan tentara malaikat.” Adapun doa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pada saat perang Badar yang diriwayatkan oleh Bukhari adalah:”Ya Allah, hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (membuat hamba kalah), Engkau tidak akan disembah setelah hari (peperangan) ini.”
Riwayat lain menceritakan: Lalu Abu Bakar memegang tangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan kemudian berkata, “Sudahlah Rasulullah, engkau sudah meminta dan mendesak Tuhanmu tanpa henti!” Esok harinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi dan kemudian keluar dari kemahnya seraya berkata, “Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS. Al-Qamar: 45)
Ibnu Hatim menceritakan: Ikrimah berkata, “Ketika diturunkannya ayat ‘golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang … ‘, Umar berkata alam hati, “Golongan manakah yang akan dikalahkan itu?”
Umar radhiallahu ‘anhu juga menceritakan: Ketika perang Badar dimulai, aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi sambil berkata, Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” Maka, aku segera mengetahui maksud ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut.”
Pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 hijriah, tepatnya ketika kedua belah pihak (muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa kepada Allah seraya berkata: “Ya Allah, itulah kaum Quraisy yang telah datang dengan sombong dan congkaknya. Mereka memusuhi-Mu, menyalahi perintah-perintahMu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku hanya meminta pertolongan yang telah Engkau janjikan kepada hamba. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!”
Setiap kali akan berangkat bertempur, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam selalu terlebih dahulu merapatkan barisan pasukan kaum muslimin. Dia melakukan inspeksi barisan seraya menggenggam sebuah anak panah. Saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam sedang melakukan pemeriksaan barisan, tiba-tiba beliau menekankan anak panah beliau ke perut Sawad ibn Ghaziyyah. Pasalnya, waktu itu ia agak sedikit keluar dari barisan. Beliau berkata kepadanya, “Sawad, luruskan barisanmu!” Sawad pun menjawab, “Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka bolehkah aku membalasmu?” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membuka bagian perut beliau seraya berkata, “Lakukanlah!” Akan tetapi, Sawad ternyata tidak jadi membalas, tetapi justru memeluk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan mencium bagian perut beliau. Dengan heran, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya, “Apa yang membuatmu seperti ini, Sawad?” Sawad menjawab, ”Wahai Rasulullah, seperti itulah yang aku inginkan. Sesungguhnya aku telah berharap agar mati setelah bisa menyentuhkan kulitku dengan kulitmu.” Lantas, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun mendoakan Sawad dengan hal yang baik-baik. Setelah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memberikan berbagai arahan dan pengarahan kepada pasukan muslim tentang berbagai hal yang berkaitan strategi dan siasat mereka hari itu. Beliau berkata, “Apabila mereka mendekati kalian, maka serang mereka dengan anak panah kalian dan jangan sampai didahului oleh mereka! Ingat, jangan sampai kalian melupakan pedang kalian hingga kalian lengah dan dapat dirobohkan.” Setelah berpesan demikian, beliau lantas mengobarkan semangat pasukan muslimin dengan berkata, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di genggaman-Nya, setiap orang yang berperang melawan mereka (pasukan Quraisy) pada hari ini, kemudian mati dalam keadaan tabah, mengharapkan keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, pasti akan dimasukkan ke dalam surga. “
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan bahwa ketika kaum musyrikin telah mendekat, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Bangkitlah kalian untuk menuju surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.” Mendengar ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut, Umair ibn Humam al-Anshari berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah benar surga memiliki luas seperti luas langit dan bumi?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Benar.” Dengan terkagum-kagum, Umair berucap, “Oh, betapa besarnya surga itu!” Lalu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya kepada Umair, “Mengapa engkau berkata demikian?” Umair menjawab, “Tidak, Rasulullah. Demi Allah, aku hanya berharap menjadi bagian dari penghuninya.” Beliau berkata, “Engkau akan menjadi salah satu penghuninya. “
Kemudian, ia mengeluarkan beberapa butir kurma dan memakannya. Setelah itu, ia berkata, “Seandainya aku masih hidup dan dapat memakan kurma-kurma ini, maka itu adalah kehidupan yang sangat panjang.” Lalu ia melemparkan kurma yang ada di genggamannya dan kemudian menjadi beringas bertempur sampai akhirnya terbunuh.
Auf ibn Harits (putra Afra) berkata, ”Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tersenyum saat melihat hamba-Nya?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ketika tangan seorang hamba itu menceburkannya ke tengah-tengah musuh tanpa mempergunakan pelindung.” Maka, seketika itu juga Auf membuka pakaian besi yang melindunginya, dan kemudian melemparkannya. Setelah itu, ia menghunus pedangnya dan bertempur di medan perang sampai terbunuh.”
Sebelum dimulainya peperangan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam meminta kepada para sahabatnya untuk tidak membunuh orang-orang dari Bani Hasyim dan beberapa orang lainnya. Pasalnya, mereka ikut meninggalkan kota Mekah dan berperang karena dipaksa. Dan di antara mereka yang disebutkan namanya oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam adalah Abu Bukhtari ibn Hisyam (salah satu orang yang pergi ke Ka’bah untuk merobek surat pemboikotan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin dan ia sama sekali tidak menyakiti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam) dan Abbas ibn Abdul Muthalib.
Ketika Abu Hudzaifah mendengar perintah itu, ia berkata, “Apakah kami harus membunuh bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, dan keluarga kami, sementara kami harus membiarkan Abbas hidup? Demi Allah, bila aku bertemu dengannya, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang.” Akhirnya, ucapan tersebut sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam Maka, beliau pun berkata kepada Umar, “Wahai Abu Hafshah, benarkah ia akan memukul wajah paman Rasulullah dengan pedang?” Umar berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk memenggal lehernya dengan pedang. Demi Allah, ia telah berbuat kemunafikan.” Sementara itu, beberapa waktu kemudian, Abu Hudzaifah berkata, “Aku merasa tidak tentram dengan kata-kataku saat itu. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa takut, kecuali bila aku sudah menebusnya dengan kesyahidan.” Maka, akhirnya Abu Hudzaifah pun mati syahid pada perang Yamamah.

Dikisahkan bahwa sebelum peperangan dimulai, Asad ibn Abdul Asad al-­Makhzumi keluar dari pasukan Quraisy seraya berkata, “Demi tuhan, aku sungguh-sungguh akan meminum air kolam mereka, akan merusaknya (kolam air), atau mati di hadapannya.” Maka, ketika ia sudah mendekat, Hamzah pun merintanginya dan menyerangnya. Hamzah berhasil memukulnya hingga kakinya retak. Akan tetapi, Asad masih terus merangkak menuju ke kolam guna memenuhi sumpahnya dan Hamzah terus mengikutinya, memukul, dan akhirnya membunuhnya di depan kolam tersebut.

Isra Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian. Artinya 11 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul. Jika Muhammad menjadi Nabi pada usia 40 tahun, berarti peristiwa Isra' Mi'raj itu terjadi pada saat Muhammad berusia kira-kira 51 tahun. Pada peristiwa Isra Mi'raj dapat dikatakan terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan menaiki buraq. Buraq adalah kendaraan yang tercepat dan tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya. Buraq ini bergerak cepat dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa dari Mekah sampai Yerussalem dalam waktu beberapa jam saja. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini,ketika Nabi sampai ke langit tertinggi,Allah SWT menyuruh Nabi agar umatnya disuruh shalat 50 kali sehari.Pada saat itu,Nabi Musa datang dan berkata bahwa perintah itu teralu berat dan meminta Nabi meminta kepada Allah SWT agar shalatnya dikurangi. Saat Nabi berhadapan Allah SWT,Nabi meminta shalatnya dikurangi. Maka,Allah pun mengabulkannya sehingga dikurangi menjadi 45 kali sehari. Tetapi, Nabi Musa meminta kepada Nabi agar mengurangi lagi. Maka Nabi kembali ke hadapan Allah.Allah menguranginya,namun Nabi Musa menyatakan kelebihan sehingga terus dikurangi hingga shalat lima waktu yaitu Subuh (2 rakaat), Dzuhur (4 rakaat), Ashar(4 rakaat), Maghrib (3 rakaat) dan Isya (4 rakaat).

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini membuat Rasulullah sedih karena banyak orang yang tidak percaya dengan hal ini,namun ada sahabat Nabi yang percaya apapun yang dikatakan Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar.Dia mengatakan bahwa yang dikatakan oleh Nabi pasti benar dan Abu Bakar digelari as-Sidiq yang artinya percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad SAW.

Sebelum menurunkan kisah Nabi Isa eloklah diceritakan hal ibunya dahulu. Ibunya adalah seorang perempuan yang mulia. Allah memuliakannya dengan menamakan sebuah surah sempena namanya. Surah itu adalah surah Mariam iaitu surah yang kesembilan belas di dalam al-Qur'an.

Bapa Mariam bernama Imran. Dia juga dimuliakan Allah. Sebenarnya, keluarga Imran dimuliakan Allah. Buktinya terdapat pada ayat berikut:

"Allah telah memilih Adam, dan Nuh, dan keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran, di atas semua alam" (3:33).

Demikianlah dinamakan keluarga-keluarga yang dipilih Allah di atas semua di alam ini. Ayat itu adalah ayat yang ke-33 dalam surah Ali Imran, atau Keluarga Imran, iaitu surah ke-3 di dalam al-Qur'an.

Di surah itulah bermula cerita Mariam. Ceritanya bermula dengan kelahirannya. Allah menceritakan begini:

"Apabila isteri Imran berkata, 'Pemeliharaku, aku bernazar kepada Engkau, untuk kebaikan, apa yang di dalam perutku. Terimalah Engkau yang ini daripadaku; sesungguhnya Engkaulah Yang Mendengar, Yang Mengetahui.'

"Dan apabila dia melahirkannya, dia berkata, 'Pemeliharaku, aku telah melahirkannya, seorang anak perempuan.' Allah sangat mengetahui apa yang dia melahirkan, dan bukanlah anak lelaki seperti anak perempuan, 'Dan aku menamakan dia Mariam, dan melindungkannya kepada Engkau dengan keturunannya, daripada syaitan yang direjam.'" (3:35-36)

Perhatikan kepada doa ibu Mariam sebelum dan selepas melahirkannya. Allah menerima doa ibu Mariam dengan baik.

Kemudian, Allah menceritakan pula Mariam dijagai oleh Zakaria. Mungkin kerana ibu bapa Mariam sudah meninggal dunia. Zakaria adalah ahli keluarga Imran. Dia berjaya menjaganya setelah bertengkar dengan ahli keluraga yang lain kerana masing-masing ingin menjaga Mariam (3:44).

Lalu Mariam membesar,

"..... dia membesar dengan menarik hati .... Setiap kali Zakaria masuk kepadanya di mihrabnya (bilik ibadat), dia mendapati rezekinya. Dia berkata, 'Wahai Mariam, dari manakah ini kepada kamu?' Dia (Mariam) berkata, 'Daripada Allah,'" (3:37).

Di bilik itu sentiasa terdapat makanan yang datang dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memelihara Mariam dengan baik untuk suatu rancangan-Nya yang besar. Mariam adalah seorang yang taat kepada Allah.

Suatu hari tatkala Mariam sedang menyendiri muncul seorang malaikat (juga dipanggil rasul) yang menyerupai di hadapannya seperti seorang manusia dengan tanpa cacat. Dia menjadi takut seraya berkata,

"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'

"Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'

"Berkata, 'Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?'

"Dia berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:18-21).

Bayangkanlah perasaan seorang perempuan yang mulia yang akan mengandung tanpa suami! Bagaimanakah dia akan menjelaskannya kepada keluarganya dan orang lain?

"Lalu dia mengandungnya, dan berundur dengannya ke suatu tempat yang jauh" (19:22).

Tempat itu, menurut ayat 23:50, adalah "di atas bukit, di mana ada sebuah lubang, dan sebuah mata air."

"Dan rasa sakit beranak mendatanginya di batang pohon palma. Dia berkata, 'Aduhai, sekiranya aku telah mati sebelum ini, dan menjadi sesuatu yang dilupakan!'" (19:23).

Mariam kesakitan. Dia keseorangan. Kalaulah dia sudah mati sebelum itu, katanya. Justeru, bayi yang baru dilahirkannya berkata-kata pula kepadanya.

"Tidak, janganlah kamu bersedih; sesungguhnya Pemelihara kamu mengadakan di bawah kamu sebuah anak sungai.

"Goyangkanlah kepada kamu batang palma; ia akan menjatuhkan kepada kamu kurma yang segar dan masak.

"Maka makan dan minumlah, dan bergembiralah; dan jika kamu melihat seseorang manusia, katakanlah, 'Aku telah bernazar kepada Yang Pemurah untuk berpuasa, dan pada hari ini, aku tidak akan berkata-kata kepada seseorang manusia pun.'" (19:24-26)

Anak yang baru dilahirkannya, selain menyuruh makan dan minum, mengajarnya apa yang harus dilakukan apabila berjumpa orang lain. Dia menyuruh ibunya mendiamkan diri kerana dialah yang akan menjelaskan keadaan sebenar. Selepas itu Mariam pulang ke rumah.

"Kemudian dia mendatangkannya kepada kaumnya dengan membawanya; dan mereka berkata, 'Wahai Mariam, sesungguhnya kamu mendatangkan sesuatu yang aneh!

"Wahai saudara perempuan Harun, bapa kamu bukanlah seorang lelaki yang jahat, dan bukan juga ibu kamu seorang jalang,'" (19:27-28)

Sekiranya Mariam menjawab tuduhan itu tentu keadaan menjadi amat rumit lagi baginya. Dia mendiamkan diri seperti yang disuruh oleh puteranya.

"Maka dia menunjuk kepadanya; tetapi mereka berkata, 'Bagaimanakah kami berkata-kata kepada orang yang masih dalam buaian, seorang anak kecil?'" (19:29)

Lalu sesuatu yang memeranjatkan mereka berlaku, apabila,

"(Isa) Berkata, 'Sesungguhnya aku hamba Allah; Dia memberi aku al-Kitab, dan menjadikan aku seorang Nabi.

"Dia membuat aku diberkati di mana sahaja aku berada, dan Dia mewasiatkan aku supaya bersolat, dan zakat, selama aku hidup,

"Dan taat kepada ibuku, dan Dia tidak membuat aku sombong, sengsara.

"Kesejahteraan ke atasku, pada hari aku diberanakkan, dan hari aku mati, dan hari aku dibangkitkan hidup'" (19:27-33).

Apakah reaksi orang ramai apabila melihat Nabi Isa berkata-kata semasa masih bayi lagi?

Namun, selepas berlaku mukjizat itu, masih terdapat orang-orang yang tidak percaya dan melakukan pengumpatan yang besar terhadap Mariam (4:156).

Apa yang berlaku pada Mariam adalah suatu contoh ujian dan pengorbanan bagi orang yang percaya kepada Allah. Khususnya bagi kaum wanita.

Mariam adalah salah seorang daripada dua orang perempuan beriman yang berdarjat tinggi di sisi Allah. Demikian itulah kata Allah berbunyi,

"Allah membuat satu persamaan bagi orang-orang yang percaya - isteri Firaun, apabila dia berkata, 'Wahai Pemeliharaku, binalah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di Taman, dan selamatkanlah aku daripada Firaun dan amalannya, dan Engkau selamatkanlah aku daripada kaum yang zalim.'

"Dan Mariam, puteri Imran, yang menjaga kemaluannya, maka Kami menghembuskan ke dalamnya daripada Roh Kami, dan dia mengesahkan Kata-Kata Pemeliharanya dan Kitab-Kitab-Nya, dan menjadi antara orang-orang yang patuh" (66:11-12).

Akan tetapi, Allah berfirman lagi mengenai Mariam. Kata-Nya Mariam adalah di atas semua perempuan di semua alam.

"Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).

Selepas ini, sekiranya para pelajar berjumpa atau mendengar orang yang menyebut nama perempuan lain sebagai yang paling mulia di dunia maka ingatlah bahawa orang itu adalah seorang pendusta yang nyata.

Apakah pelajaran atau iktibar yang pelajar perempuan perolehi daripada kisah Mariam itu?

Dua pelajaran diperolehi daripada kisah Nabi Yusuf. Pertama, mengenai makna sepatah perkataan Arab di dalam al-Qur'an. Perkataan itu ialah "rasul" yang lazimnya diguna untuk "Rasul Allah", atau "Utusan Allah". Akan tetapi, pada sebuah ayat dalam surah Yusuf perkataan itu digunakan oleh Allah untuk seorang utusan atau pembawa berita kepada seorang raja. Inilah ayatnya:

"Raja berkata, 'Datangkanlah dia (Yusuf) kepadaku.' Apabila rasul (utusan) datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata, 'Kembalilah kepada pemelihara (raja) kamu, dan tanyalah dia, 'Bagaimanakah dengan wanita-wanita yang memotong tangan mereka?' Sesungguhnya Pemeliharaku mengetahui muslihat mereka.'" (Qur'an 12:50).

Maka perkataan rasul bukan sahaja diguna untuk Rasul Allah, malah ia boleh digunakan untuk orang yang tugasnya seperti utusan atau pembawa berita bagi orang lain.

Rasul di dalam ayat tadi adalah orang suruhan bagi seorang raja yang dihantar, atau diutus, untuk berjumpa dan membawa Nabi Yusuf dari penjara ke istana. Begitulah sedikit kisah Nabi Yusuf yang menarik disebut di sini.

Dengan itu, membawa kepada pelajaran kedua dalam kisah Nabi Yusuf dengan adik-beradik, ibu dan bapanya. Cerita-cerita mereka merupakan suatu pelajaran juga, seperti kata Allah:

"Sesungguhnya dalam cerita-cerita mereka adalah pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai minda" (12:111).

Kisah Nabi Yusuf tersurat dalam Surah ke-12 al-Qur'an. Nama surah itu pun mengambil sempena nama Nabi Yusuf, iaitu Yusuf. Menurut suatu sumber, baginda dikatakan tinggal di sekitar tahun 1700 S.M, iaitu kira-kira 3,700 tahun dahulu. Atau, kurang lebih dua ribu tiga ratus tahun sebelum kemunculan Nabi Muhammad.

Kisah Nabi Yusuf adalah cerita yang paling baik dalam al-Qur'an. Firman-Nya:

"Kami menceritakan kepada kamu cerita yang paling baik dalam apa yang Kami mewahyukan kamu, al-Qur'an ini" (12:3).

Cerita bermula dengan mimpi Nabi Yusuf semasa dia kanak-kanak. Mimpi itu diceritakannya kepada bapanya Yaakub, yang juga menjadi seorang Nabi.

"Apabila Yusuf berkata kepada bapanya, 'Ayah, saya melihat sebelas bintang, dan matahari, dan bulan; saya melihat mereka sujud kepada saya" (12:4).

Setelah mendengar cerita Yusuf, bapanya melarang mimpi itu daripada diceritakan kepada saudara-saudaranya. Dia juga memberi tahu Yusuf bahawa Tuhan telah memilihnya dan mengajarnya interpretasi mimpi.

Abang-abangnya tidak suka padanya kerana mereka sangka Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapa mereka daripada mereka. Lalu mereka bercadang untuk membunuh atau membuang Yusuf ke tempat lain. Akan tetapi,

"Seorang daripada mereka berkata, 'Tidak, janganlah membunuh Yusuf, tetapi lemparlah dia ke dasar perigi, dan sebahagian pengembara akan memungutnya, jika kamu mahu melakukan'" (12:10).

Setelah menetapkan rancangan itu mereka pergi kepada bapa mereka, meminta kebenarannya, supaya Yusuf dapat pergi bersama mereka untuk bersuka-suka dan bermain-main pada keesokan hari.

Pada mulanya bapa mereka keberatan untuk membenarkan Yusuf pergi bersama mereka, dengan berkata "Ia menyedihkan aku bahawa kamu pergi dengannya, dan aku takut akan serigala memakannya sedang kamu lalai daripadanya" (12:13).

"Maka apabila mereka pergi dengannya, dan mereka bersetuju untuk meletakkan dia di dasar perigi, lalu Kami mewahyukannya, 'Kamu akan memberitahu mereka mengenai perbuatan mereka ini apabila mereka tidak menyedari'" (12:15).

Mereka balik kepada bapa mereka pada waktu isyak, menangis dan berkata, "Ayah, kami pergi berlumba lari, dan meninggalkan Yusuf dengan barang-barang kami, lalu serigala memakannya. Tetapi ayah tidak akan mempercayai kami, walaupun kami berkata benar."

Dan, mereka menunjukkan baju Yusuf dengan darah palsu padanya. Bapanya berkata, "Tidak, tetapi jiwa kamu menghasut kamu untuk melakukan sesuatu perkara. Tetapi marilah, kesabaran yang manis! Dan pertolongan Allah dipohonkan terhadap apa yang kamu menyifatkan."

Tidak lama kemudian, pengembara-pengembara datang ke perigi di mana Yusuf berada di dasarnya. Mereka mengutus seorang pengambil air lalu dia menurunkan timbanya. Tiba-tiba dia berkata, "Oh, berita gembira! Ini seorang anak lelaki muda."

Mereka mengambil Yusuf dan merahsiakannya sebagai barang dagangan; dan Allah mengetahui apa yang mereka buat. Kemudian mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, hanya beberapa dirham sahaja, kerana mereka tidak menghargainya.

Orang yang membelinya, dari Mesir, berkata kepada isterinya, "Berilah dia tempat tinggal yang mulia, dan boleh jadi dia akan bermanfaat kepada kita, atau kita mengambil dia sebagai anak sendiri."

Dengan itu, Tuhan meneguhkan Yusuf di bumi supaya Dia mengajarnya interpretasi mimpi.

Maka tinggallah Nabi Yusuf bersama orang Mesir yang membelinya sehingga dewasa. Dia menjadi seorang lelaki yang amat kacak. Kekacakan beliau membuatkan perempuan, yang di rumahnya dia tinggal, tergoda.

Perempuan itu menutup pintu-pintu seraya berkata, "Marilah kepadaku!" Yusuf menjawab, "Pada Allah berlindung! Sesungguhnya tuanku telah memberi aku tempat tinggal yang baik!"

Kalau tidak kerana pertolongan Allah, Nabi Yusuf turut tergoda pada perempuan itu. Kedua-duanya lari ke pintu, dan perempuan tersebut mengoyakkan baju Yusuf dari belakang.

Mereka mendapati ketua mereka di depan pintu. Perempuan itu berkata, "Apakah balasan bagi orang yang menghendaki kejahatan terhadap keluarga kamu, melainkan bahawa dia dipenjarakan, atau satu azab yang pedih?"

Yusuf berkata, "Dia yang menggoda saya". Lalu seorang daripada ahli keluarga itu memberi suatu penjelasan, "Jika bajunya dikoyakkan di bahagian depan, maka perempuan itu telah berkata benar, dan Yusuf berdusta, tetapi jika bajunya dikoyakkan di bahagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta, dan Yusuf orang yang benar."

Apabila ketua mereka melihat bajunya dikoyakkan dari belakang, dia berkata, "Ini muslihat perempuan daripada kamu; sesungguhnya muslihat kamu besar. Yusuf, berpalinglah daripada ini, dan kamu, perempuan, mintalah ampun atas kesalahan kamu; sesungguhnya kamu bersalah."

Kejadian itu sampai ke telinga wanita-wanita tertentu di kota. Mereka berbisik, "Isteri Gabenor menggoda pemudanya yang menundukkan hatinya dengan cinta!"

Setelah isteri Gabenor mendengar bisikan-bisikan licik mereka, dia mengutus kepada mereka, dan menyediakan bagi mereka tempat-tempat bersandar, kemudian dia memberikan tiap-tiap seorang daripada mereka sebilah pisau.

Kemudian, dia menyuruh Yusuf pergi kepada perempuan-perempuan tersebut. Apabila mereka melihatnya, mereka sangat kagum padanya, lalu mereka memotong tangan-tangan mereka, dengan berkata, "Dijauhkan Allah! Bukanlah ini manusia; dia tidak lain, hanyalah seorang malaikat yang mulia."

Lalu isteri Gabenor berkata, "Inilah dia orangnya yang kamu mencela aku dengannya. Benar, aku telah menggoda dia, tetapi dia menolak. Dan, jika dia tidak membuat apa yang aku memerintahkannya, dia akan dipenjarakan."

Yusuf berkata, "Pemeliharaku, penjara lebih aku menyukai untukku daripada apa yang mereka menyeru aku kepadanya, dan jika Engkau tidak memalingkan muslihat mereka daripada aku, tentu aku akan berkeinginan benar pada mereka, dan aku menjadi orang yang bodoh."

Pemeliharanya pula menyahutinya, dan Dia memalingkan daripadanya muslihat perempuan-perempuan itu; sesungguhnya Dialah Yang Mendengar, Yang Mengetahui.

Maka Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Bersama dia adalah dua orang pemuda. Seorang daripada mereka berkata, "Aku bermimpi bahawa aku memerah anggur." Berkata yang lain, "Aku bermimpi bahawa aku membawa roti di atas kepalaku dan burung-burung makan sebahagiannya. Beritahulah kami interpretasinya. Kami melihat bahawa kamu adalah orang yang berbuat baik."

Yusuf berkata, "Wahai rakan-rakanku yang sepenjara, bagi seorang daripada kamu, dia akan menuangkan minuman arak untuk tuannya; bagi yang satu lagi, dia akan disalib, dan burung akan makan sebahagian daripada kepalanya."

Kemudian dia berkata kepada orang yang dia menyangka akan diselamatkan antara keduanya, "Sebutlah aku kepada tuan kamu." Akan tetapi, syaitan menjadikan dia lupa untuk menyebutnya, supaya dia tetap di dalam penjara selama beberapa tahun.

Suatu hari, raja berkata, "Aku melihat dalam mimpi tujuh ekor lembu yang gemuk, dan tujuh yang kurus memakan mereka; dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering. Wahai pembesar-pembesarku, putuskanlah kepadaku mimpiku."

Tiada seorang pun antara mereka yang tahu. Kemudian pemuda yang telah diselamatkan dahulu berkata, setelah teringat, "Aku sendiri akan memberitahu kamu interpretasinya, maka utuslah aku."

"Wahai Yusuf orang yang benar, putuskanlah kepada kami mengenai tujuh ekor lembu yang gemuk, yang tujuh yang kurus memakan, dan tujuh tangkai bijirin yang hijau, dan tujuh yang lain kering, supaya aku kembali kepada mereka agar mereka mengetahui."

Yusuf berkata, "Kamu menyemai tujuh tahun seperti biasa; apa yang kamu tuai, tinggalkanlah ia pada tangkainya, kecuali sedikit daripadanya kamu makan. Kemudian sesudah itu, akan datang kepada kamu tujuh tahun yang keras yang memakan apa yang kamu menyediakan bagi mereka, semua, kecuali sedikit yang kamu simpan. Selepas itu, akan datang satu tahun yang manusia diberi pertolongan hujan, dan padanya mereka memerah."

Raja berkata setelah mendengar interpretasi mimpi oleh Yusuf yang dibawa oleh utusannya, "Datangkanlah dia kepadaku." Apabila utusan itu tiba, Yusuf berkata, "Kembalilah kepada tuan kamu, dan tanyalah dia, mengenai wanita-wanita yang memotong tangan mereka?"

Raja bertanya, "Apakah urusan kamu, perempuan-perempuan, apabila kamu menggoda Yusuf?" Mereka menjawab, "Dijauhkan Allah! Kami tidak mengetahui kejahatan padanya."

Isteri Gabenor berkata, "Sekarang yang benar akhirnya menjadi nyata. Sayalah yang menggodanya."

Raja berkata, "Datangkanlah dia kepadaku. Aku akan mendekatkannya dengan diriku." Setelah Yusuf berada dengannya, dia berkata kepada Yusuf, "Pada hari ini, kamu berkedudukan teguh dalam sokongan kami, dan dalam kepercayaan kami."

Yusuf berkata, "Lantiklah saya kepada perbendaharaan bumi ini; saya adalah penjaga yang alim (berpengetahuan)."

"Maka Kami meneguhkan Yusuf di bumi untuk dia menetap di mana sahaja dia kehendaki, dan Kami tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik" (12:56).

Suatu hari, saudara-saudara Yusuf datang lalu masuk kepadanya. Dia kenal akan mereka, tetapi mereka tidak mengenalinya. Mereka datang untuk meminta pertolongan makanan.

Setelah Yusuf menyiapkan bekal untuk mereka, dia berkata, "Datangkanlah kepadaku saudara kamu yang tertentu daripada bapa kamu. Tidakkah kamu melihat aku menepati sukatan, dan aku yang terbaik daripada penerima-penerima tamu? Tetapi jika kamu tidak mendatangkan dia kepadaku, maka tidak akan ada sukatan bagi kamu denganku, dan tidak juga kamu dapat mendekatiku."

Mereka menjawab, "Kami akan memujuk bapa kami; itu kami akan buat."

Lalu Yusuf menyuruh budak-budak suruhannya meletakkan balik barang-barang mereka (yang dibawa untuk mengganti bekalan makanan daripada Yusuf) ke dalam pundi-pundi mereka supaya mereka mengenalinya apabila mereka balik kepada keluarga mereka.

Apabila mereka kembali kepada bapa mereka, mereka berkata, "Ayah, sukatan itu akan dinafikan kepada kami, maka utuslah bersama kami saudara kami supaya kami mendapatkan sukatan itu. Sesungguhnya kami akan menjaganya."

Bapa mereka berkata, "Adakah aku akan mempercayai kamu kepadanya seperti aku mempercayai kamu kepada saudaranya dahulu?"

Dan, apabila mereka membuka barang-barang mereka, mereka mendapati barang-barang mereka dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, "Ayah, apakah yang kita menginginkan lagi? Barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kita mendapat bekalan makanan untuk keluarga kita, dan kita akan menjaga saudara kita; kita akan mendapat tambahan beban seekor unta. Itulah sukatan yang mudah."

"Aku tidak akan mengutusnya bersama kamu sehingga kamu memberi aku satu janji yang teguh dengan Allah, bahawa kamu pasti akan mendatangkannya kembali kepadaku, kecuali kamu diliputi." Apabila mereka telah memberikannya janji mereka, dia berkata, "Allah menjadi Wakil atas apa yang kami ucapkan."

Maka apabila mereka masuk kepada Yusuf sekali lagi, dia mengambil saudaranya kepadanya, seraya berkata, "Aku saudara kamu; maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang mereka buat."

Kemudian, apabila Yusuf menyiapkan persiapan untuk mereka, dia meletakkan gelas minumannya ke dalam pundi saudara yang diambilnya.

Sedang mereka mula bertolak untuk kembali kepada keluarga mereka, datang pula orang yang menyeru, "Hai kafilah, kamu adalah pencuri!"

Mereka bertanya sambil mendekati orang yang menyeru, "Apa yang kamu hilang?"

"Kami kehilangan gelas berkaki kepunyaan raja. Sesiapa mendatangkannya akan mendapat beban seekor unta; itu aku jamin."

Mereka berkata, "Demi Allah, kamu mengetahui bahawa kami tidak datang untuk membuat kerosakan di bumi. Kami bukanlah pencuri."

"Apakah balasannya jika kamu adalah pendusta?"

"Balasannya - dalam pundi sesiapa ia didapati, maka dialah balasannya. Begitulah kami membalas orang-orang yang zalim."

"Maka dia (Yusuf) memulakan dengan karung-karung mereka sebelum karung saudaranya, kemudian dia mengeluarkannya daripada karung saudaranya. Begitulah Kami membuat muslihat untuk Yusuf; dia tidak boleh mengambil saudaranya, menurut agama (pengadilan) raja, kecuali apa yang Allah menghendaki.

Mereka berkata, "Jika dia seorang pencuri, seorang saudaranya adalah seorang pencuri dahulu." Tetapi Yusuf merahsiakannya di dalam dirinya, dan tidak menampakkannya kepada mereka, dengan berkata, "Kedudukan kamu lebih buruk; Allah sangat mengetahui apa yang kamu menyifatkan."

Mereka berkata, "Wahai al-aziz (yang perkasa), dia mempunyai bapa yang sangat tua; maka ambillah salah seorang antara kami untuk mengganti tempatnya; kami melihat bahawa kamu adalah antara orang-orang yang berbuat baik."

Berkata, "Allah menegah bahawa kami patut mengambil sesiapa sahaja kecuali orang yang kami mendapati barang kami padanya, kerana jika kami berbuat demikian, tentulah kami menjadi orang-orang yang zalim" (12:76-79).

Apabila mereka kembali kepada bapa mereka dan menceritakan hal saudaranya yang mencuri dan ditahan di Mesir kedukaan bapanya bertambah,

"Dan dia berpaling daripada mereka, dan berkata, 'Aduhai, dukacitaku untuk Yusuf!' Dan kedua-dua matanya menjadi putih kerana kesedihan yang mencekiknya di dalam dirinya" (12:84).

Kemudian dia berkata, "Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya. Janganlah berputus asa daripada kesenangan Allah; daripada kesenangan Allah, tiada yang berputus asa melainkan kaum yang tidak percaya (kafir)."

Lalu mereka pergi kepada Yusuf dan berkata, "Wahai al-aziz, penderitaan telah menyentuh kami dan keluarga kami. Kami datang dengan barang-barang yang tidak berharga. Tepatilah kepada kami sukatan, dan bersedekahlah kepada kami; sesungguhnya Allah membalas orang-orang yang bersedekah."

Yusuf bertanya, "Adakah kamu mengetahui apa yang kamu melakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, ketika kamu orang-orang yang bodoh?"

Mereka menjawab, "Mengapa, adakah kamu benar-benar Yusuf?"

Dia berkata, "Aku Yusuf. Ini saudaraku. Sungguh, Allah telah berbudi baik kepada kami. Sesiapa bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan upah orang-orang yang berbuat baik."

Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih menyukai kamu daripada kami, dan sesungguhnya kami bersalah."

Yusuf berkata, "Tidak ada celaan pada hari ini kepada kamu; Allah mengampuni kamu; Dia yang paling berpengasihan daripada yang berpengasihan. Pergilah, ambil baju ini, dan kamu lemparlah ia kepada muka ayahku, dan dia akan memperoleh kembali penglihatannya; kemudian datangkanlah kepadaku keluarga kamu kesemuanya."

Maka, apabila kafilah telah berangkat, bapa mereka berkata, "Sesungguhnya aku mendapati bau Yusuf, melainkan kamu menuduh aku nyanyuk."

Mereka berkata, "Demi Allah, sungguh kamu adalah dalam kesesatan kamu yang dahulu."

Tetapi apabila pembawa berita gembira datang kepadanya dan melemparkan baju Yusuf ke mukanya, tiba-tiba dia kembali dapat melihat. Dia berkata, "Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahawa aku mengetahui daripada Allah apa yang kamu tidak tahu?"

Mereka berkata, "Ayah kami, mintalah ampun untuk kami atas kesalahan-kesalahan kami; sesungguhnya kami bersalah."

"Sungguh, aku akan meminta Pemeliharaku untuk mengampuni kamu; sesungguhnya Dialah Yang Pengampun, Yang Pengasih."

Kemudian mereka berangkat ke Mesir untuk menemui Yusuf.

"Maka, apabila mereka masuk kepada Yusuf, dia mengambil ibu dan bapanya kepadanya, dengan berkata, 'Masuklah kamu ke Mesir, jika Allah mengkehendaki, dalam keadaan aman.'

Dan dia menaikkan ibu dan bapanya ke atas singgahsana; dan yang lain, jatuh bersujud kepadanya. Berkata, 'Ayah, inilah interpretasi mimpi saya yang dahulu; Pemelihara saya telah membuatnya benar. Dia telah berbudi baik kepada saya apabila Dia mengeluarkan saya dari penjara, dan Dia mendatangkan kamu dari gurun setelah syaitan menyelisihkan antara saya dan saudara saya. Pemelihara saya halus terhadap apa yang Dia mengkehendaki; sesungguhnya Dialah Yang Mengetahui, Yang Bijaksana.

Wahai Pemeliharaku, Engkau telah memberikan aku untuk memerintah, dan Engkau telah mengajar aku interpretasi mimpi. Wahai Pemula langit dan bumi, Engkau Waliku (Pelindungku) di dunia dan akhirat. Matikanlah aku dalam kemusliman, dan satukanlah aku dengan orang-orang yang salih" (12:99-101).