TUHAN menebus kita agar kita dapat melakukan "pekerjaan kudus"-Nya. Kita tidak diselamatkan oleh pelayanan yang kita lakukan, tapi kita diselamatkan oleh Tuhan bagi pelayananNya. Dalam kerajaan TUHAN, kita mempunyai tempat, maksud-tujuan, sebuah peranan, dan sebuah fungsi untuk dipenuhi. “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.” (2 Timotius 1:9). Dibutuhkan nyawa Yesus sendiri untuk membeli keselamatanmu. Kita berhutang nyawa kepada-Nya. Melalui keselamatan masa lalu kita telah diampuni, masa kini kita diberi makna, dan masa depan kita diamankan. Jika kita tidak memiliki kasih bagi orang lain, tidak ingin melayani orang lain, dan kita hanya mempedulikan kebutuhan-kebutuhan kita, kita sebaiknya mempertanyakan apakah Kristus benar-benar ada dalam hidup kita. Hati yang diselamatkan adalah hati yang ingin melayani.

Ketika ibu mertua Petrus yang sakit disembuhkan oleh Yesus, ia langsung menggunakan karunia kesehatan barunya untuk melayani Yesus. Inilah yang kita akan lakukan. Kita disembuhkan untuk menolong orang lain. Kita diberkati untuk menjadi berkat. Kita diselamatkan untuk melayani, bukan untuk duduk-duduk dan menunggu sorga.
Pernahkan kita memikirkan mengapa TUHAN tidak langsung saja membawa kita ke sorga begitu kita menerima kasih karunia-Nya? Mengapa Ia meninggalkan kita di dunia? Ia meninggalkan kita di dunia untuk memenuhi maksud dan tujuanNya. Begitu kita diselamatkan, TUHAN memaksudkan kita bagi sasaran-sasaranNya. TUHAN mempunyai sebuah pelayanan bagi kita di dalam gereja-Nya dan sebuah misi bagi kita di dunia.

Setiap orang Kristen dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan. Panggilan kita bagi keselamatan termasuk panggilan kita bagi pelayanan. Terlepas apapun pekerjaan dan karir kita, kita dipanggil bagi pelayanan Kristiani.

Artinya, bahwa di manapun kita berada, di situlah ladang pelayanan kita. Firman Tuhan berkata, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9) Kapan pun kita menggunakan kemampuan pemberian TUHAN kepada kita untuk membantu orang lain, kita sedang memenuhi panggilan kita untuk melayani.

Di beberapa gereja di Cina, mereka menyambut orang percaya baru dengan berkata "Yesus sekarang telah memiliki sepasang mata baru untuk melihat, telinga baru untuk mendengar, tangan baru untuk menolong, dan sebuah hati baru untuk mengasihi sesama."

Tidak ada pelayanan yang tidak penting di gereja. Apapun pelayanan yang dipercayakan kepada kita, terlihat ataupun tidak, semuanya itu berharga di mata Allah. Setiap pelayanan berarti karena kita semua saling tergantung terhadap satu sama lain untuk berfungsi. Jangan pernah jadi penonton, tapi mulailah ambil bagian dalam pelayanan, maka Tuhanlah yang akan menambahkan bagi kita kemampuan dan kasih karuniaNya atas kita. Yesus berkata,"sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28) Bagi orang Kristen, pelayanan bukanlah pilihan, atau sesuatu yang kita lakukan dari sisa waktu kita yang ada.

Tetapi pelayanan merupakan kehidupan Kristiani. Yesus datang "untuk melayani" dan "untuk memberi" dan kedua kata kerja itu seharusnya mendefinisikan hidup kita di bumi juga.

Suatu hari TUHAN akan membandingkan seberapa banyak waktu dan tenaga yang kita habiskan untuk diri kita sendiri dengan apa yang kita investasikan untuk melayani orang lain. Kita hanya akan sepenuhnya hidup ketika kita menolong sesama. Yesus berkata, "Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." (Markus 8:35) Jika kita tidak melayani, kita hanya sekedar ada di dunia, tetapi kehidupan kita dimaksudkan untuk melayani. TUHAN mau kita belajar mengasihi dan melayani sesama dengan tidak egois. Pelayanan adalah jalan kepada kesempurnaan sejati. Melalui pelayananlah kita menemukan arti kehidupan kita. Sementara kita melayani bersama-sama dalam keluarga TUHAN, kehidupan kita memperoleh arti penting yang kekal. TUHAN ingin memakai kita untuk membuat perbedaan di dunia ini. Ia ingin bekerja melalui kita. Apa yang berarti bukanlah berapa lama kita hidup, tapi bagaimana kita hidup. Itulah salah satu alasan mengapa kita perlu mengambil bagian juga di dalam persekutuan Family Altar (FA). Karena disinilah kita akan banyak belajar bagaimana kita bisa melayani sesama.

Kita dibentuk untuk melayani TUHAN. Setiap kita dirancang secara unik, atau "dibentuk" untuk melakukan hal-hal tertentu. Seperti adanya kita sekarang, kita dibuat bagi sebuah pelayanan khusus untuk memuliakan namaNya.

Alkitab berkata, "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.." (Efesus 2:10) Kita dirancang secara khusus oleh Allah, dan Dia dengan sengaja membentuk dan membuat kita untuk melayani-Nya.

Daud memuji TUHAN melalui mazmur yang luar biasa ini: "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:13-15)

TUHAN merencanakan setiap hari dari hidupmu untuk mendukung proses pembentukan-Nya. Daud melanjutkan, "...dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:16) Tidak ada yang terjadi dalam hidup kita yang tidak bermakna. TUHAN tidak akan memberikan kepada kita kemampuan, minat, bakat, karunia, kepribadian, dan pengalaman hidup kecuali Ia bermaksud menggunakannya bagi kemuliaan-Nya. Dengan mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor ini kita dapat menemukan kehendak TUHAN dalam hidup kita.
Amin.

“Doa adalah otaknya (sumsum / inti nya) ibadah.” (HR. Tirmidzi)

‘Doa adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.” (HR. Abu Ya'la)

‘Akan muncul dalam umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam berthaharah dan berdoa.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Penjelasan:
Yakni berdoa atau mohon kepada Allah untuk hal-hal yang tidak mungkin dikabulkan karena berlebih-lebihan atau untuk sesuatu yang tidak halal (haram).

“Doa seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah.” (HR. Ahmad)

“Jangan mendoakan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula doamu.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

“Rasulullah Saw ditanya, "Pada waktu apa doa (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam)."” (HR. Mashabih Assunnah)

“Doa yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah).” (HR. Ahmad)

“Bermohonlah kepada Robbmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berfirman (hadits Qudsi): "Barangsiapa berdoa (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka Aku akan mengabulkan doanya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku maka aku angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku merahmatinya dan barangsiapa mohon pengampunanKu maka Aku ampuni dosa-dosanya."” (HR. Ar-Rabii')

”Ada tiga orang yang tidak ditolak doa mereka: (1) Orang yang berpuasa sampai dia berbuka; (2) Seorang penguasa yang adil; (3) Dan doa orang yang dizalimi (teraniaya). Doa mereka diangkat oleh Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, "Demi keperkasaanKu, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera."” (HR. Tirmidzi)

“Barangsiapa tidak (pernah) berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya.” (HR. Ahmad)

‘Apabila kamu berdoa janganlah berkata, "Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki." Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan lengah.” (HR. Ahmad)

“Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah 'Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : "Adakah orang yang berdoa kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?" Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh).” (HR. Ahmad)

“Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada doa.” (HR. Ahmad)

“Tiga macam doa dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan doa seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik).” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

“Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya) lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.” (HR. Al Hakim)

“Tiada seorang berdoa kepada Allah dengan suatu doa, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa.” (HR. Ath-Thabrani)

“Barangsiapa mendoakan keburukan terhadap orang yang menzaliminya maka dia telah memperoleh kemenangan.” (HR. Tirmidzi dan Asysyihaab)

“Ambillah kesempatan berdoa ketika hati sedang lemah-lembut karena itu adalah rahmat.” (HR.Ad-Dailami)

“Ali Ra berkata, "Rasulullah Saw lewat ketika aku sedang mengucapkan doa : "Ya Allah, rahmatilah aku". Lalu beliau menepuk pundakku seraya berkata, "Berdoalah juga untuk umum (kaum muslimin) dan jangan khusus untuk pribadi. Sesungguhnya perbedaan antara doa untuk umum dan khusus adalah seperti bedanya langit dan bumi."” (HR. Ad-Dailami)

“Berlindunglah kepada Allah dari kesengsaraan (akibat) bencana dan dari kesengsaraan hidup yang bersinambungan (silih berganti dan terus-menerus) dan suratan takdir yang buruk dan dari cemoohan lawan-lawan.” (HR. Muslim)

“Tidak ada manfaatnya bersikap siaga dan berhati-hati menghadapi takdir, akan tetapi doa bermanfaat bagi apa yang diturunkan dan bagi apa yang tidak diturunkan. Oleh karena itu hendaklah kamu berdoa, wahai hamba-hamba Allah.” (HR. Ath-Thabrani)

“Barangsiapa ingin agar doanya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan.” (HR. Ahmad)

Allah Yang Mahakuasa, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur'an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membincangkan masalah tersebut adalah:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah: 186).

Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, fikiran, kata-kata yang diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang. Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah kurnia Allah kepada manusia dan sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada batas.

Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda, dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya, dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan pegaturan-Nya yang mutlak.

Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahawa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahawa hanya Allah yang dapat memberikan kesihatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesihatan, dan sebagainya. Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

"Mahukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata, "Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Serulah Tuhanmu siang dan malam, Kerana 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.

Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan dalam al-Qur'an yang perlu kita bincangkan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah telah menyatakan dalam ayat:

"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11).

Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat. Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di dalam doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justeru dapat memalingkan anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di tujuan setelah waktu yang ditentukan, Kerana ia dapat bertemu dengan seseorang yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang difikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia yang sangat penting.

Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang rahasia ini, mereka menyangka bahawa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, Kerana "Allah itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri." (Q.s. Qaf: 16).

Sejak kecil, paling tidak sejak aku menyadari sulitnya menjalani kehidupan, sering mendengar bahwa untuk menjalani kehidupan tidaklah mudah. Seorang teman pernah bilang pada orang tuanya dalam salah satu suratnya, bahwa untuk mati pun orang harus bayar. Apa lagi untuk hidup layak. Atau bahkah untuk sekedar bisa hidup sendiri tanpa gangguan. Kalau perlu kita harus menjual atau menggadaikan apa yang kita miliki, bahkan bila perlu milik kita yang paling berharga. Harga diri. Terlebih lagi bila ada keinginan untuk hidup di antara orang-orang, yang tentunya memiliki kepentingan dan cara pandang yang berbeda. Termasuk kepentingan dan cara mereka memandang diri kita.Betapa sulit untuk mengukur dan mengira-ngira apa yang harus kita lakukan, melakukan apa yang berkenan dalam rasa mereka. Jangankan melakukan kejahatan atau kecurangan, melakukan apa yang kita anggap baik pun, tidak jarang kita dituduh melakukan kejahatan. Bahkan tidak melakukan apa pun tidak jarang menjadi bahan gunjingna yang tidak enak untuk didengar. Tidak jarang di antara mereka yang berlaku demikian itu adalah orang yang disebut sebagai orang baik-baik atau yang merasa dirinya baik, tidak pernah melakukan kecurangan. Tak ada ma’af bagi kita.Apa pun yang kita katakan, sikap apa pun yang kita tunjukkan, bahkan permintaan ma’af layaknya seorang ‘abid pada tuannya atau seorang rakyat jelata pada seorang Maha Raja, belum tentu permohonan ma’af kita didengarnya.

Saya bersyukur bahwa Tuhan tidak pernah berwujud manusia. Yang ada hanyalah manusia-manusia yang menjadi tuhan: Tuhan Yang Maha Tidak Pema’af dan hanya ingin dima’afkan, Yang Maha Tidak Penyayang dan hanya ingin disayangi, Tuhan Yang Maha Tidak Mau Tahu dan hanya ingin diketahui. Ada satu sifat yang sama antara Manusia Tuhan dengan Tuhan yang ada di garis penantian, yaitu keduanya mengaku dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa pemiliki Alam Raya dan Penentu Nasib Manusia. Entah, seingatku Tuhan yang ada di sana kadang masih memberi kesempatan pada kita untuk berencana dan berusaha. Bila kita berbuat salah masih ada ma’af tanpa batas.
Namun kawan, biarlah. Sementara manusia-tuhan itu mengasihani dirinya sendiri, bukankah masih ada matahari yang kalau pun kadang kita mengutuk terik panasnya, ia tidak pernah surut untuk memafkan dan tetap memberikan cahayanya tatkala manusia terbangun dari peraduannya.Tuhan yang ada jauh dalam lubuk hati kita memberi kita sepasang kaki supaya bisa berpijak di atas bumi ini. Dihamparkannya bumi supaya manusia mudah berjalan di atasnya. Sementara, manusia-uhan tidak pernah segan untuk mematahkan kedua kaki manusia, bahkan kalau perlu direngutnya bumi tepat kita berpijak.Kawan, beberapa tahun yang lalu, kita gali lubang-lubang kecil untuk menyusun batu-batu kecil, bagi pondasi bumi tempat kita berpijak. Dengan peluh dan air mata, kita tegakkan dingding, kita rapatkan atap, dengan harapan kita bisa berteduh, sekedar untuk melupakan tapak masa lalu yang kelam. Tak terlalu besar, tapi cukup untuk sekedar membentang sayap, menarik garis antar ujung dunia. Menyalakan lilin kecil, pelita untuk menerangi lorong hati kita yang gelap. Namun, kini, tempat kita bercengkrama, merajut benang kasih sayang Tuhan diantara kita, tinggal puing berserakan. Tangan-tangan raksasa manusia-tuhan telah merengutnya dari sudut-sudut nurani kita. Kini kita terdampar di jangkauan masa lalu yang kelam dan pantai masa depan yang tidak pasti. Namun, kawan! Bukankah kita pernah belajar dan menempa diri, walau sesat. Dan, walau tak begitu kuat, bukankah masih ada benang-benang kasih Ilahi yang kita rajut, yang menghubungkan sudut-sudut nurani kita. Kita gali kembali lubang, kita telusuri gua, di bawah atap harapan dan keyakinan. Kita bangun dunia kita, di batas penantian, di luar jangkauan kuku berdarah manusia-tuhan. Kita relakan masa lalu kita, asal jangan kita gadaikan dan jual milik kita yang paling berharga, yaitu keyakinan kita.

Ketika Anda Menghadapi Sebuah Tantangan Hidup Yang Paling Rumit, Meskipun Anda Tidak Mengerti Apa - Apa Tentang Maksud Dari Tantangan Hidup Tersebut, Yang Harus Anda Pikirkan Adalah Bagaimana Agar Bisa Tenang, Paling Tidak Agar Tidak Tenggelam Bersama Tantangan Hidup Tersebut.

Jalani Hidupmu Melalui Jalan Setapak Yang Penuh Dengan Bunga Warna - Warni. Jika Tidak, Kamu Membuka Diri Terhadap Masuknya Kebosanan Hidup Yang Menghadirkan Rasa Frustasi Di Sepanjang Perjalanan Hidupmu.

Jangan Hidup Dengan Seribu Alasan, Tapi Hiduplah Dengan Sejuta Tindakan Berkualitas.

Jangan Pernah Berpikir Untuk Meraih Sukses Melalui Jalan Pintas, Tapi Raih Semua Suksesmu Melalui Jalan Kejujuran.

Motivasilah Semua Orang Dengan Tindakan Dalam Wujud Perilaku Hidup, Yang Memberi Gairah Untuk Semangat Hidup.

Metode Usaha Adalah Merencanakan Dengan Berani, Dan Melaksanakan Dengan Penuh Semangat; Membuat Sketsa Peta Kemungkinan, Dan Kemudian Memperlakukannya Sebagai Kemungkinan Yang Bisa Dicapai .

Belajar Tidak Dicapai Secara Kebetulan, Itu Harus Diusahakan Dengan Penuh Semangat Dan Diikuti Dengan Rajin .

Di Mana Orang Terakhir Menyerah, Saya Baru Mulai .

Potensi Unggul Yang Anda Miliki Adalah Kasat Mata, Tetapi Tergambar Jelas Dalam Pikiran Anda.

Setiap Orang Yang Tekun Dengan Menindaklanjuti Mimpi -Mimpi Hidupnya, Pasti Akan Mendapatkan Kenyataan Hidup Yang Manis.

Sikap Tidaklah Lebih Daripada Kebiasaan Berpikir, Dan Kebiasaan Bisa Dibentuk .

Kalau Orang Maju Dengan Penuh Keyakinan Ke Arah Impiannya, Dan Berusaha Menghayati Kehidupan Yang Telah Dibayangkannya, Dia Akan Bertemu Dengan Sukses Yang Tidak Terduga - Duga Pada Waktu Yang Biasa.

Selangkah Demi Selangkah, Hanya Itu, Saya Tidak Melihat Cara Lain Untuk Mencapai Keberhasilan .

Masa Depan Yang Cerah Tidak Mungkin Hilang Dari Mereka Yang Berusaha Meraihnya Dengan Kerja Cerdas.

Diperlukan Satu Sikap Positif Dan Satu Pikiran Positif, Untuk Menghadirkan Semua Kenyamanan Hidup Dalam Wujud Kebahagiaan Sejati.

Manusia Tidak Boleh Berhenti Mencari Kesempurnaan Hidup. Bila Berhenti, Maka Semua Peluang Hidup Akan Hilang.

Tidak Ada Keamanan Di Bumi Ini, Yang Ada Hanya Kesempatan.

Manusia Adalah Sebuah Misteri Kehidupan Yang Harus Bekerja Keras Untuk Menemukan Diri Sejatinya.

"Nasib Itu Rahasia Tuhan, Tugas Utama Manusia Adalah Berjuang Meraih Semua Mimpinya, Biarkan Saja Nasib Tetap Menjadi Rahasia Tuhan.

Kecenderungan Sifat Manusia Untuk Kebaikan Seperti Kecenderungan Air Untuk Mengalir Ke Bawah .

Satu Hal Yang Paling Kuat Dalam Kesadaran Kemakmuran Adalah Harga Diri:
Merasa Yakin Bahwa Anda Dapat Melakukannya.
Merasa Yakin Bahwa Anda Layak Mendapatkannya.
Merasa Yakin Bahwa Anda Akan Mendapatkannya.

Pikiran Manusia Mampu Melakukan Apa Saja Sebab Segala Hal Ada Di Dalamnya, Semua Masa Lalu Di Samping Semua Masa Depan.

Penggunaan Kehidupan Yang Paling Hebat Adalah Melewatkannya Untuk Sesuatu Yang Akan Lebih Tahan Lama Daripada Kehidupan.

Kalau Anda Merasa Kehilangan Kesempatan Untuk Memberi Kebaikan Buat Kehidupan, Maka Anda Baru Saja Menemukan Alasan Untuk Hidup Lebih Berguna.

Kalau Anda Selalu Mengutamakan Apa Yang Kecil, Anda Tidak Akan Bisa Berhasil Memasuki Liga Besar.

Dunia Kita Adalah Tempat Orang Tidak Tahu Apa Yang Mereka Inginkan, Dan Bersedia Melalui Neraka Untuk Mendapatkannya.

Pertama, Milikilah Idealisme Yang Pasti, Jelas Dan Praktis Dalam Bentuk Sebuah Tujuan Dan Sebuah Sasaran.
Kedua, Milikilah Sarana Yang Diperlukan Untuk Mencapai Tujuan Tersebut Dalam Bentuk Kebijaksanaan, Uang, Materi, Dan Metode Kerja.
Ketiga, Sesuaikan Semua Sarana Anda Untuk Mencapai Tujuan.

Sebelum Pikiran Berhubungan Dengan Tujuan, Tidak Ada Pencapaian Yang Berdasarkan Intelegensi.

Batu Permata Tidak Mungkin Berkilau Tanpa Digosok Secara Sempurna, Demikian Juga Hidup Kita Tidak Mungkin Bersinar Tanpa Seribu Ujian Kehidupan Yang Rumit.

Pikiran Bawah Sadar Menyimpan Semua Bisikan Tuhan, Terutama Pesan Akhir Sang Maha Pencipta Sebelum Anda Lahir Ke Bumi Ini.

Kerja Keras Menunjukkan Ketekunan. Tindakan Nyata Menunjukkan Kecerdasan. Gairah Hidup Penuh Semangat Menunjukkan Motivasi Yang Tinggi.

Setiap Langkah Untuk Sukses Harus Berdasarkan Tindakan Yang Menjaga Semua Fundamen Dari Aspek Kehidupan Sebagai Kekuatan Yang Kokoh Dan Tidak Mudah Runtuh.

Bakat Anda Adalah Potensi Yang Belum Tergarap Dengan Sempurna. Oleh Karena Itu, Bangunlah Keseimbangan Antara Jiwa, Raga, Dan Pikiran Dalam Satu Nafas Sukses.

Ketidakkekalan Hidup Janganlah Dijadikan Alasan Untuk Tidak Memikirkan Duniawi, Tapi Jadikanlah Sebagai Kebijaksanaan Untuk Mendapatkan Kebahagiaan Dan Kemakmuran.

Sukses Artinya Mengalami Kegagalan Berulang - Ulang Tanpa Kehilangan Antusiasme.

Kemajuan Takkan Tercipta Oleh Orang - Orang Yang Berpuas Diri.

Hidup Itu Bukan Untuk Menjadi Orang Lain Yang Anda Kagumi, Tapi Menjadi Diri Sendiri Yang Terbuka Dengan Kebijaksanaan Hidup Orang Lain.

Orang Yang Sukses Adalah Yang Dapat Meletakkan Landasan Yang Kokoh Dengan Bata - Bata Yang Telah Dilemparkan Orang Lain Kepadanya.

PARA BODHISATTVA dan para suci sering bersabda : "asalkan kita merubah kondisi hati kita, beramal jasa maka pada suatu hari Tuhan akan memberikan rejeki. nasib buruk yang kita alami pada kelahiran sekarang adalah akibat dari perbuatan kita pada masa kelahiran dahulu. Tapi jika kita tidak perduli akan sebab buruk atau baik dari perbuatan kita pada masa kelahiran dahulu, pembalasan tersebut pasti ada masa akhirnya. oleh sebab itu bagi mereka yang mengalami kesulitan janganlah berkeluh kesah, berbuat baiklah dengan sungguh-sungguh, jika sampai dengan saatnya jasa yang anda perbuat lebih banyak dari dosa maka segala sesuatu apapun akan berjalan dengan lancar

Jika engkau tidak membina budi pekerti dan tidak berbuat baik tapi hanay mengharapkan peruntungan dari para dewa, dukun, atau orang pintar untuk membuat kias supaya yang sial dapat dilenyapkan dan nasib diperbaiki. hal tersebut adalah takhyul. ketahuilah bahwa hari depan kita sukses ataupun gagal semuanya terjadi dari akibat kondisi hati kita dan perangai kita. maka setiap orang diantara kita bila mengharapkan merubah yang buruk menjadi kemujuran maka hanay dengan menempuh jalan membina diri supaay berhasil. umpamanya meskipun betapa besar bibit kebaikan yang telah engkau tanam pada kelahiran dahulu, tapi pada masa sekarang engkau hanya mengharapkan dan mengandalkan pengaruh kekuasaanmu untuk berbuat sewenang wenang maka seharusnya engkau yang tadinya memperoleh pahala yang engkau perbuat dahulu (rejeki), akan berubah menjadi malapetaka bagimu.

Sebaliknya jika engkau setiap hari berusaha membina budi pekerti dan membina jasa, meskipun sebenarnya telah terkandung bibit yang buruk dalam nasibmu tapi dapat berubah menjadi aman dan sentosa didalam kehidupanmu. kita semua sebagai seorang manusia dilahirkan didunia ini dengan dibekali dengan jiwa raga.

Dengan adanya jiwa maka pasti terdapat jalan kehidupan (yang didalamnya terkandung nasib/peruntungan). di dalam jalan kehidupan kita ini terkandung lima unsur (air, api, kayu, logam dan tanah), yang melekat pada jiwa pokok kita dan juga berpengaruh pada penciptaan dan pemusnahan dari tahun, bulan dan jam (yaitu jalanya sang waktu).

Dari unsur-unsur yang terkandung dalam kehidupan kita maka timbullah perjalanan nasib baik atau buruk, seperti yang dikatakan dalam pribahasa :"Cuaca sulit diterka nasib manusia sulit diduga", artinya jiwa pokok manusia dipengaruhi oleh unsur penciptaan dan pemusnahan dari jalannya sang waktu. nasib manusia semuanya ditentukan pada tingkah laku perbuatannya pada masa kelahiran dahulu sehingga, terciptalah perjalanan nasib seseorang dari waktu ke waktu yang sampai pada saat kelahiran sekarang ini, dapatlah ditentukan nasib kita apakah akan kaya dan mulia atau miskin dan hina, panjang umurnya atau berumur pendek, juga kemujuran (HOK-KHI) dan sial/apes. semua hal tersebut terjadi dan ditentukan oleh hukum karma (hukum sebab akibat) dan perputaran roda kelahiran dan kematian (putaran reinkarnasi)

Meskipun perjalanan nasib kita telah ditentukan sejak lahir, namun semuanya itu dapat dirubah oleh manusia dengan perjuanagn dan semua tingkah laku perbuatannya. jalan penghidupan seseorang manusia bila sedang mujur semuanya akan berjalan dengan lancar dan bila sedang sial maka malapetaka akan datang silih berganti. akan tetapi jika engkau banyak melakukan perbuatan baik, dan banyak membina budi baik, maka kemalangan dapat dirubah menjadi kemujuran, masalah besar berubah menjadi masalh kecil dan dari masalah kecil menjadi lenyap.

Namun jika pada saat perjalanan nasib sedang baik (beruntung) tapi anda tidak melakukan kebaikan, tidak membina budi pekerti, berbuat semaunya atau semua kelakuannya bertolak belakang dengan ajaran dan kehendak Tuhan, maka jalan kehidupannya juga akan menjadi bertolak belakang.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa perjalanan kehidupan manusia (nasib manusia) semula memang sudah ditakdirkan sejak lahir, tapi dengan usaha dan pembinaan yang dilakukan oleh manusia, nasib dapat dirubah, hal tersebut adalah betul adanya dan bukan membual.

Di dalam kehidupan kita sehari-hari dapat kita lihat ada orang yang perbuatannya baik, tapi masih tetap belum mendapatkan pembalasan baik, sebaliknya orang yang perbuatannya jahat dan berkelakuan buruk, tapi dia masih tetap menikmati kekayaan, kemuliaannya dengan jaya. hal ini terjadi adalah karena semua akibat dari perbuatan dan tingkah lakunya belum sampai pada masanya jadi bukan karena ada kekecualian atau karena tidak ada pembalasan. bila semua hal tersebut telah sampai pada masanya maka orang yang berbuat baik akan diberkahi Tuhan Yang Maha Pengasih, dia akan makmur sentosa seterusnya dan anak cucunya akan mendapatkan pengayoman yang tiada putusnya. sebaliknya orang yang banyak melakukan kejahatan, sampai pada saatnya malapetaka dan musibah serta kesengsaraan akan datang bergantian, bahkan sampai kepada anak cucunya.

Oleh karena itu ketahuilah, Sang Pencipta sebenarnya tidak pilih kasih, dengan budi pekerti yang luhurlah yang dapat menolong nasib manusia. Tuhan tidak pilih kasih semua orang-orang pengasih akan diberikan olehNya berkah dengan diam-diam, maka dapat dikatakan malang dan mujurnya seseorang manusia adalah dari akibat perbuatannya sendiri.

maka janganlah engkau mengatakan Tuhan tidak adil, tapi sebenarnya Tuhan sangat adil. Namun kita harus maklum, sedikit sekali orang yang bernasib serba lancar sehingga dapat dikatakan nasib (jalannya kehidupan) manusia itu turun naik bagaikan gelombang ombak dilaut, seperti apa yang dikatakan pepatah :"Nasib manusia diantara sepuluh orang yang adalah tidak dapat dipastikan atau diharapkan". Oleh karena didalam setiap perjalanan waktu terdapat perubahan maka sebagai manusia hidup berada didalam perjalanan waktu pula.

Para astrolog (Peramal yang berdasarkan bintang-bintang di langit) juga berdasarkan tanggal kelahiran seseorang, maka dapat dihitung waktu penciptaan dan pemusnahan dari kelima unsur sehingga dapatlah diketahui orang yang lahir pada tahun, bulan, tanggal dan jam kesekian apakah bernasib (mujur) atau tidak. tapi tepat atau tidak kesemuanya itu adalah berdasarkan dari kemampuan yang menghitungnya. semua ilmu peramal nasib adalah berdasarkan dalam naskah He Thu dan Lo Shu, yaitu yang berdasarkan situasi dan peredaran bintang-bintang di langit yang kemudian dipadukan dengan tanggal kelahiran manusia yang tercakup dalam lima unsur dan dari saat penciptaan dan kemusnahannya dapatlah diperhitungkan dan diketahui nasibnya. tapi para peramal masa kini yang benar benar ahli adalah sangat langka dan sedikit sekali maka sangat sedikit yang tepat sekali.

Misalnya pada zaman dahulu seseorang yang bernama Yen Liau fan pada masa Dinasti Beng, dia bertemu dengan seorang peramal Khung. maka diramalkanlah nasibnya dan kelak kemudian hari ternyata banyak tepat. tapi dikemudian hari dia mengunjungi seorang pertapa YinKu Chang Se di gunung Cisia. Yinku Chang Se mengatakan bahwa: " orang biasa pada umumnya, nasibnya semua didalam perhitungan, tapi orang yang sanagt baik dan juga orang yang sangat jahat nasibnya tidak cocok dengan perhitungan kelahirannya, karena orang yang sangat baik Yang Maha Kuasa akan memberkahinya dan yang sangat jahat maka Tuhan akan mengurangi umurnya, mengganjarnya dengan segala malapetaka".Dikatakan juga, semua kebahagiaan tercipta dari hati. jadi biar bagaimanapun juga dan jika kehidupan kita dikekang oleh sang waktu maka mulai sekarang ini engkau banyaklah berbuat kebaikan, giat membina budi pekerti yang luhur dan bila saatnya tiba nasibmu dengan sendirinya akan berubah.

Setelah mendengarkan semuanya Yen Liau Fan sejak itu berusaha keras dan banayk berbuat kebaikan. selang beberapa tahun kemudian ternyata nasibnya tidak cocok lagi dengan apa yang telah diramalkan oleh peramal Khung. apa yang sebenarnya diramalkan oleh peramal tersebut?. ternyata dia meramalkan bahwa yen Liau Fan tidak akan berketurunan sampai tua dan tidak akan berusia sampai 53 tahun. ternyata pada usia 30 tahun dia mendapatkan seorang anak dan dia berusia sampai dengan 74 tahun.

dari cerita tersebut telah dapat dibuktikan bahwa jalannya peruntungan atau nasib dapat dirubah oleh kita sendiri. wajahpun akan berubah menurut situasi hati (hatinya baik,wajahnya arif) jiwa kehidupan itu sebenarnya adalah anugerah Tuhan, akan tetapi jalannya nasib adalah hasil ciptaan diri kita sendiri. hati manusia adalah penguasa tubuhnya. hati yang baik, nasibpun akan baik, hati yang jahat(buruk) nasibpun akan buruk. oleh karena itu orang-orang dahulu berkata: " Kalau ingin mengetahui nasibmu pada waktu yang akan datang, maka bila hatimu baik nasibmu akan baik, bila hatimu buruk nasibmu akan buruk". pada zaman dahulu orang-orang sering berkata:"Berbuat baiklah, jangan bertanya tentang nasib". Shaw Khang Cie berkata:" Buat apa meramal, berbuat jahat terhadap orang adalah malang balasannya, mengalah balasannya adalah rejeki. nasib dari setiap manusia ditentukan oleh sebab dan akibat perbuatannya pada kelahiran dahulu, bila kita ingin mengubah nasib, satu-satunya cara adalah dengan merubah sifat dari hati kita sendiri dan juga harus banyak berbuat baik. jika kita tanpa berbuat tapi hanya memohon kepada para Dewa dan para Bodhisattva maka semuanya adalah perbuatan yang sia-sia.

Pada umumnya orang adalah naif ( tidak mengetahui kebenaran akan Tuhan ), sehingga jika setiap kali mengalami kemalangan, mereka menggantungkan harapannya semua kepada dukun ataupun paranormal. kemudian demi uang dukun-dukun tersebut menyuruh orang orang yang bertanya supaya rajin bersembahyang supaya nasibnya berubah menjadi baik. apah benar dukun-dukun tersebut dapat merubah nasib? jika hal ini benar mengapa nasibnya sendiri tidak dirubah? agar supaay dia sendiri murah rejeki, anak cucunya semua menjadi pejabat-pejabat tinggi, sehingga dia sendiri setiap hari tidak sibuk demi sesuap nasi. oleh sebab itu para Bodhisattva dan para Suci hanay menasehati umat manusia supaya berpegang teguh pada peraturan dalam berprilaku, membina hati untuk memperbaiki air muka (wajah) dan melakuakn banayk perbuatan baik. dengan demikian barulah kita dapat memohon kepada para Bodhisattva dan para dewa dengan jasa pahala kita untuk menebus dosa dan hukum karma kita.

Mendengar semua ini mungkin ada yang berkata bahwa kekuatan "makhluk halus" sudah terbukti sangat besar. lihat saja orang yang kesurupan makhluk halus dengan sebilah pedang bacok sana bacok sini sampai sekujur tubuhnya penuh darah, tapi begitu disemprot dengan air sesajennya maka benar-benar ajaib semua luka-luka tersebut lenyap dan tak berbekas. maka saya tegaskan disini jangan kita mempersoalkan alam makhluk halus maupun ilmu gaib, tapi yang harus kita ingat disini adalah bahwa didalam alam manusia terdapat hukum manusia, didalam alam dewa terdapat hukum Dewa, didalam alam makhluk halus terdapat hukum makhluk halus, didalam alam setan terdapat hukum baka, semuanay tidak dapat bertolak belakang dengan hukum Tuhan. Hukum Tuhan adalah hukum yang maha adil didalam alam semesta ini. hukum ini melindungi para Bodhisattva, Dewa-dewa, makhluk halus, setan-setan dan para manusia agar mendapat keadilan, jika diantaranya ada yang melanggar maka pasti tidak akan luput dari hukum tersebut dan mendapatkan pembalasannya. oleh karena itu sampai dimanapun argumentasi kita maka hukum tuhan adalah hukum yang maha adil dan yang dapat menolong kita dariNya hanay budi pekerti, perbuatan baik dan jika perbuatan jahat, pembalasannya bagaikan bayangan yang mengikuti langkah manusia.

Pepatah mengatakan: " Manusia dapat dibohongi akan tetapi Tuhan tak dapat ditipu, baik buruknya perbuatan seseorang semuanya tidak dapat disembunyikan". sejak dahulu kala adakah perbuatn baik atau buruk yang tidak ada pembalasannya? maka saya menghimbau anda sekalian, janagnlah berkeluh kesah mengatakan Tuhan tidak adil, pembalasan akan perbuatan adalah soal waktunya saja. misalkan seseorang yang kini banyak melakukan perbuatan jahat akan tetapi pada kelahiran dahulu dia banyak melakukan perbuatan baik maka saat pembalasannya agak lama dan demikian juga untuk orang yang pada masa kelahiran dahulu banyak berbuat jahat tapi pada sat kelahiran sekarang dia selalu dianiaya orang maka saat pembalasan akan perbuatannya pada masa lampau mungkin agak lama baru diberikan.

maka pada kesimpulannya adalah lebih baik berbuat baik, mengumpulkan jasa pahala, menyebarkan ajaran suci, menolong para umat manusia supaya menempuh jalan kebenaran dari pada kita memintanya dari para dukun ataupun para orang pintar untuk merubah nasib kita. dengan rajin kita pelajari ajaran-ajaran suci lalu kita teruskan kepada para generasi muda dengan demikian barulah dapat dikatakan sebagai seorang pembina "TAO". lalu setiap 10 hari kita adakan pemawasan diri secara kecil kecilan dan setiap sebulan sekali kita mawas akan diri kita sendiri (kita tinjau) secara keseluruhan, periksalah diri kita apakah pada masa itu melakuakn kesalahan, pernahkah marah, pernahkah timbul niat serakah, pikiran-pikiran yang asusila, pikiran-pikiran yang muluk, pernahkah bermalas-malasan dan pernahkah berkelakuan lain dimulut lain dihati jika benar segera ubahlah sifat tersebut. dengan cara inilah dan yang paling mujarab bagi manusia untuk merubah dan memperbaiki nasibnya. dan car ini bukan saja mujarab semasa hidup kita untuk memperbaiki nasib tapi juga bila kelak sudah sampai saatnya kita masih dapat mencapai kesempurnaan dan mencapai kejayaan abadi.

Selanjutnya marilah kita tinjau kitab Kong Hu Cu "Luen Yu" pada bab "Ce Lu" dikatakan bahwa Ce Kung bertanya kepada kong Hu Cu:"Bila ada orang yang disenangi oleh seluruh penduduk desa, maka bagaimanakah kedudukan (kwalitas) orang tersebut"? Kong Hu Cu menjawab:"Belum dapat dipastikan orang tersebut adalah jahat, bila semua penduduk desa membencinya bagaimanakah kedudukan orang tersebut?" Maka Kong Hu Cu menjawab: " Belum dapat dipastikan orang tersebut adalah jahat, bila semua penduduk desa yang baik baik menyenanginya dan yang tidak baik membencinya maka orang tersebut adalah orang baik". Karena seorang Budiman hatinya selalu bertolak belakang dengan seseorang yang kerdil jiwanya ( misalnya : pelacur, penjudi, berkomplot melakukan kejahatan, semuanya adalah karakter orang yang berjiwa kerdil ). selanjutnya Kong Hu Cu berkata:" seorang budiman mudah dilayani tapi sulit membuatnya bergembira (sulit mengambil hatinya)". karena dengan perbuatan yang dilakukan untuk mengambil hatinya maka dia akan menjadi tidak senang. maka semua yang bertentangan dengan aturan atau tidak sesuai dengan "TAO" dia tak akan senang.

Seorang Budiman memakai orang-orangnya berdasarkan kecakapan dan kepandaian. sebaliknya seseorang yang berjiwa kerdil sulit dilayani, namun mudah membuatnya senang walaupun terkadang tanpa memakai aturan, akan tetapi bila saatnya tiba dia hendak memakai ornag maka maunya semua serba sempurna.

Guru kita mengatakan :"Kalian mendapatkan Tao bukan karena kebetulan". setiap orang pernah membina diri selama 3 kali kelahiran pada masa dahulu kelahirannya, maka pada saat kelahiran sekarang ini dia terikut mengalami zaman penyelamatan global yaitu pada zaman sekarang. karena itu saya menghimbau saudara-saudari anda semuanya pergunakanlah waktu mengajak ornag-orang mendapatkan TAO, memberikan pengertian kepada para umat manusia tentang ajaranNya, beramal mencetak buku buku suci, ikut serta dalam membantu pengembangan TAO, rajin mempelajari ajaran-ajaran suci dan mengingat semua wejanagn yang pernah diberikan dan diajarkan oleh para Bodhisattva dan para Suci. lalu ceritakan kepada mereka yang belum mendapatkan TAO agar mereka semuanay mengerti dan memperoleh ajaranNya agar kelak semua manusia terikut bersama dan naik dalam sebuah bahtera suci dan inilah tugas kita yang utama.



AMSAL 16:1
1 Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.

Setiap manusia memiliki rencana-rencana di dalam kehidupannya. Manusia dapat menyusun rencana karena dilengkapi ALLAH dengan kemampuan berpikir. Jadi memiliki rencana di dalam kehidupan kita bukanlah merupakan suatu kesalahan atau merupakan hal yang tidak berkenan kepada TUHAN. Justru orang yang tidak memiliki rencana di dalam hidupnya adalah seseorang yang tidak mau berpikir tentang apa yang harus dilakukannya. Tetapi TUHAN yang Maha Kuasa yang menentukan segala sesuatu, termasuk apakah rencana kita itu dapat terlaksana atau tidak. Contohnya: pada umumnya wanita memiliki suatu rencana untuk menikah kemudian merencanakan untuk memiliki anak. Tetapi apakah yang direncanakannya itu akan benar-benar terlaksana sesuai dengan rencananya? Ada pasangan suami istri yang merencanakan untuk memiliki anak, tetapi belum tentu dikaruniai anak oleh TUHAN. Mereka berusaha sedemikan rupa hingga mencoba metode bayi tabung agar apa yang direncanakannya berhasil. Walau berusaha dengan cara apapun juga, tetapi TUHANlah yang menentukan segala sesuatunya.

1 SAMUEL 1:1, 2
1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. 2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.

Elkana memiliki dua orang istri, tetapi istrinya yang pertama (Hana) justru tidak dikaruniai anak karena rahimnya tertutup, dan semua itu adalah keputusan TUHAN. Hana ditakdirkan untuk tidak memiliki anak. Tetapi sekalipun demikian, ternyata Hana tidak berdiam diri. Dia memperjuangkan nasibnya. Apakah perjuangan kita untuk mengubah nasib kita yang kurang baik merupakan perbuatan yang melawan TUHAN? Tentu tidak. TUHAN memang menentukan takdir kita, tetapi nasib kita ditentukan oleh kita sendiri. Jikalau kita tidak memiliki anak padahal sudah menikah sekian lama kemudian kita berkata: "memang nasib saya begini", maka hal itu berarti kita sudah menyerah. Kita patut mencontoh Hana yang melakukan perjuangan untuk mengubah nasibnya dengan cara berdoa dengan tekun, sehingga akhirnya ia dikaruniai anak oleh TUHAN.

Contoh lainnya adalah Hizkia yang ditentukan atau ditakdirkan TUHAN, bahwa dia akan segera meninggal. Tetapi sekalipun ia ditakdirkan mati dan umur itu ada di dalam kuasa TUHAN, ia tidak menyerah. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk berdoa dengan sungguh-sungguh kepada TUHAN supaya TUHAN memperpanjang umurnya. Dan kenyataannya ALLAH mendengar permintaan Hizkia kepada ALLAH. Walaupun ALLAH mentakdirkan segala sesuatu di dalam kehidupan manusia, tetapi kita memiliki suatu kesempatan untuk berjuang dalam nasib. Janganlah kita mudah menyerah kepada nasib, sebab jika kita menyerah, maka hal yang terjadi selanjutnya adalah karena kesalahan kita sendiri. Apalagi sebagai anak-anak TUHAN, kita diberikan kesempatan untuk berdoa dan memohon kepada DIA. ALLAH kita adalah ALLAH yang penuh kasih, sehingga IA tidak akan segan-segan untuk mengubah hal yang telah ditentukanNYA sendiri. Memang tidak semua yang kita perjuangkan dikabulkan oleh ALLAH, tetapi setidak-tidaknya kita sudah mencoba untuk memperjuangkan nasib kita di dalam doa kepada ALLAH. Sebagai manusia yang memiliki pengetahuan yang terbatas, kita tidak mengetahui hal yang telah ditakdirkan TUHAN atas hidup kita. Tetapi karena perjuangan kita di dalam doa, maka tanpa kita sadari takdir tersebut diubah oleh TUHAN.

Saya tidak pernah menyangka kalau TUHAN mentakdirkan diri saya untuk menjadi seorang pendeta, mengingat saya dahulu adalah seorang yang nakal (bajingan). Usaha-usaha dalam pekerjaan dan bisnis yang saya lakukan gagal hingga saya akhirnya menyerah dalam rencana TUHAN untuk menjadi hambaNYA. Hal tersebut bukanlah hal yang mudah, tetapi saya mau memperjuangkan nasib saya walaupun harus menempuh jalan berliku. TUHAN melihat perjuangan yang saya lakukan dalam menjadi hambaNYA, sehingga pada akhirnya TUHAN mengubah kehidupan saya. Mulanya saya bagaikan onggokan sampah di mata manusia, namun diubahkan menjadi mulia di hadapan TUHAN.

Hal inilah yang harus kita ketahui dan pahami supaya kita jangan mudah menyerah pada nasib, tetapi harus mau memperjuangkannya. Dengan kuasa TUHAN, kita sanggup mengubah segala sesuatu yang kurang baik di dalam hidup kita, asalkan kita memiliki kemauan, tidak bersikap masa bodoh. Semua manusia ditakdirkan mati karena dosa, tetapi tidak semua orang masuk ke dalam neraka. Kalau dia berjuang dengan mau mempercayai Firman ALLAH, maka dia akan diubahkan menjadi anak-anak ALLAH yang layak memasuki Kerajaan Sorga. Tanpa perjuangan, tidak akan ada mahkota yang akan kita terima dan tanpa perjuangan jangan pernah kita berharap menerima hidup kekal sekalipun YESUS sudah mati menebus dosa kita. Perjuangan penting yang harus kita lakukan adalah beribadah dengan sungguh-sungguh dan mengutamakan TUHAN. Tetapi memang tidak mudah untuk seseorang mau percaya kepada Firman, sebab manusia cenderung lebih mudah mempercayai berita yang jahat, tetapi sulit untuk mencerna berita yang baik. Karena itu kita harus mau berjuang dan berusaha dengan sungguh-sungguh.

1 SAMUEL 1:9-11
9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, 10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."

Hana tidak mau menyerah pada nasib, ia berjuang dalam doa dengan hati yang hancur di hadapan TUHAN. Karena ALLAH itu kasih, IA tidak tahan melihat tetesan air mata anak-NYA. Bukan hanya berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi doa Hana juga disertai dengan nazar. Dari doa Hana yang disertai nazar itu kita dapat menarik suatu pelajaran bahwa apa yang diminta Hana dalam doa bukan bertujuan untuk memuaskan dirinya sendiri, melainkan untuk memuliakan nama TUHAN. Kalau kita berdoa hanya untuk kepentingan kita sendiri, maka ALLAH tidak akan berkenan terhadap doa tersebut. Tetapi jika doa kita bertujuan untuk memuliakan nama TUHAN, maka DIA pasti berkenan dan menjawab doa kita.

Ayat yang mengatakan "mintalah, maka kamu akan diberi" merupakan jaminan yang pasti bagi setiap orang yang percaya kepadaNYA. Tetapi kita harus ingat bahwa permintaan kita itu haruslah sesuai dengan kehendak BAPA di Sorga. Dengan demikian kita belajar untuk mengerti dan tidak menyalahkan TUHAN bila doa kita tidak dikabulkan-NYA. Contoh yang sangat mudah adalah kita tidak akan pernah memberi sebilah pisau jika anak kita yang masih kecil memintanya kepada kita, sekalipun kita sangat menyayangi anak tersebut. Tetapi jika kita tahu bahwa anak kita tersebut memang sudah mampu menggunakan pisau dan memerlukannya, maka kita pasti akan memberikannya.

1 SAMUEL 1:19-20
19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. 20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."

Hana dan Elkana bangun pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN. Ayat di atas mengajarkan kita untuk membiasakan diri kita untuk bangun pagi-pagi. Jika kita mau mencari hadirat TUHAN, maka kita harus bangun pagi-pagi. Sebab Manna -gambaran Firman- turun pada waktu pagi-pagi seperti embun, dan ketika matahari terbit maka Manna tersebut meleleh. Sikap dan tindakan kita yang mau bangun pagi hari untuk mencari Firman akan dinilai oleh TUHAN, sehingga kita akan menerima rejeki yang datang dari TUHAN seperti Hana yang mendapat karunia anak dari TUHAN.

Setiap hari saya membiasakan diri untuk bangun pagi, sekalipun seringkali harus tidur larut malam. Setelah saya berdoa kemudian saya masuk ke dalam kantor saya dan saya mulai merenungkan Firman TUHAN dan menyusun bahan-bahan khotbah. Dengan demikian TUHAN memberikan wahyu dan kemampuan kepada saya untuk menyusun khotbah dan menyampaikan Firman-NYA kepada jemaat.

AMSAL 16:3
3 Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.

Jika kita lihat secara sekilas, uraian yang telah dijelaskan sebelumnya seolah-olah bertentangan dengan ayat di atas. Sebelumnya dikatakan bahwa kita harus memperjuangkan nasib kita, tetapi ayat di atas mengatakan bahwa kita harus menyerahkan semua kepada TUHAN. Sebenarnya kedua hal itu tidaklah bertentangan, karena yang dimaksudkan adalah kita harus berjuang, tetapi perjuangan itu harus disertai dengan iman kepada TUHAN.

Jadi menyerahkan hidup dan segala rencana kita kepada TUHAN itu bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa dan menunggu dengan pasif. Kita harus tetap bekerja dan berusaha, karena ada ayat yang mengatakan bahwa orang yang tidak mau bekerja tidak layak untuk makan. Tetapi kita memiliki iman bahwa pekerjaan yang kita kerjakan itu merupakan berkat TUHAN dan IA pasti memberkati pekerjaan kita. Mintalah petunjuk TUHAN di dalam setiap pekerjaan dan rencana kita, sebab rezeki itu berasal dari padaNYA. Dengan demikian segala pekerjaan dan rencana kita pasti berhasil. Jangan kita beranggapan bahwa mengikutsertakan TUHAN dalam kehidupan kita hanya pada saat kita beribadah pada hari Minggu saja, sedangkan pada hari-hari lain kita mengandalkan kekuatan kita sendiri.

Tanpa TUHAN YESUS, Petrus tidak berhasil mendapat seekor ikanpun setelah sepanjang malam berusaha menangkap ikan. Ketika dia kembali ke pantai dan mencuci jalanya, TUHAN YESUS menghampiri Petrus dan memerintahkannya agar membawa perahunya agak ke tengah danau dan kemudian IA mengajar dari atas perahu Petrus. Setelah mengajar, TUHAN YESUS memerintahkan Petrus agar dia menebarkan jalanya. Petrus berkata bahwa semalam-malaman mereka mencari ikan di tempat itu dan tidak menghasilkan apa-apa. Tetapi karena TUHAN yang memerintahkannya, maka dia mau menurut perkataan TUHAN. Ketika jala yang telah ditebarkan tersebut ditarik ke atas, ternyata jala tersebut penuh dengan ikan. Dari hal ini dapat ditarik pelajaran bahwa bila kita mengikutsertakan TUHAN di dalam segala pekerjaan kita, maka kita akan berhasil dan semua perkara akan terselesaikan dengan baik.

AMSAL 14:12
12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

Seringkali kita mencari penyebab tentang apa yang membuat kita mengalami kegagalan di dalam kehidupan kita. Misalnya saja kita mengalami kerugian di dalam usaha dagang. Padahal pada awal kita melakukan usaha, kita telah memperhitungkan segala sesuatunya dengan cermat. Dengan demikian kita memperkirakan bahwa usaha yang kita lakukan sudah benar dan akan berhasil. Apa yang kita pikirkan benar belum tentu demikian kenyataannya, karena banyak hal yang kita tidak ketahui. Karena itu jangan pernah menganggap diri kita sanggup melakukan sesuatu tanpa pertolongan TUHAN, tetapi hendaklah kita merendahkan diri kita di hadapan TUHAN untuk meminta petunjukNYA, sebab DIAlah yang mengetahui segala sesuatu dan menentukan semuanya.

Contoh lainnya adalah dalam mencari pasangan hidup. Banyak orang yang menganggap bahwa calon pasangannya itu yang paling tepat karena melihat dari sikap calon pasangannya yang penuh perhatian sehingga lupa bertanya kepada TUHAN. Kalau kita meminta petunjuk TUHAN, DIA pasti akan menyatakan kepada kita apakah orang tersebut adalah jodoh kita. Kadang-kadang kita tertipu dengan penampilannya, sehingga yang kita dapat akhirnya adalah kekecewaan karena si calon pasangan itu memiliki banyak kekasih.

MATIUS 7:3
3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

Selain mengalami kegagalan, jika kita merasa diri kita atau pendapat kita sudah benar, maka ia akan menganggap bahwa pendapat orang lain itu salah. Hal ini yang sangat perlu untuk diperhatikan, yaitu jangan sampai kita pandai melihat kesalahan orang lain, tetapi kita sendiri tidak tahu kelemahan kita dan kita selalu menganggap bahwa diri kitalah yang paling benar. Padahal apa yang kita pikirkan belum tentu benar. Seorang suami jika hanya ingin membenarkan dirinya sendiri, maka si istri menderita. Jadi kita harus menimbang segala sesuatu dengan suatu pemikiran bahwa "saya belum tentu benar". Kalau kita merasa diri kita belum tentu benar, maka kita mau mendengarkan perkataan orang lain.

Kadang kadang TUHAN memakai anak saya untuk mengucapkan sesuatu untuk menegur saya. Kalau saya menganggap bahwa saya ini adalah ayahnya dan menganggap remeh pendapat dan tegurannya, maka saya hanya akan mengalami kerugian. Sebab TUHAN dapat menegur dan menasehati kita melalui berbagai macam cara, baik melalui mimpi, penglihatan, juga melalui perkataan orang lain.

AMSAL 21:2
2 Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.

Pada umumnya manusia menganggap dirinya sendiri sudah benar, tetapi belum tentu benar menurut pandangan TUHAN. Tetapi jika kita diuji TUHAN, memakai pikiran TUHAN dan menggunakan hati yang diserahkan kepada TUHAN, maka cara kita memandang sesuatu pasti berbeda. Sehingga kita akan dapat menerima keputusan yang datang dari TUHAN. Paulus berkata: "Aku memiliki pikiran KRISTUS..." Inilah yang membuat Paulus berhasil dalam melakukan pemberitaan Injil yang ditugaskan TUHAN kepadanya. Karena itu saya selalu belajar menerapkan hal ini dalam segala pelayanan yang saya kerjakan bagi TUHAN. Berdasarkan pikiran KRISTUS, saya melayani dalam KKR untuk membagikan berkat yang telah saya terima dari TUHAN, bukan untuk mencari uang dan keuntungan tertentu ataupun ingin dipuji oleh manusia.

TUHAN menguji hati setiap orang dan TUHAN akan memberkati setiap orang yang mau melakukan pekerjaanNYA dengan motivasi yang benar. Kita harus tahu tentang motivasi kita dalam melakukan sesuatu, sebab manusia kadang-kadang tidak mengetahui motivasinya dalam mengerjakan sesuatu. Tetapi TUHAN mengetahui semuanya itu. Sebab jika kita tetap melakukan sesuatu dengan motivasi yang salah, maka kita akan diminta pertanggung jawaban oleh TUHAN.

MAZMUR 139:23-24
23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; 24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Daud memiliki kepribadian yang sangat luar biasa sebab ia berani meminta kepada TUHAN untuk menyelidiki hatinya agar tidak berbuat kesalahan dalam memimpin bangsa Israel yang begitu besar. Sebagai raja yang diberkati TUHAN, Daud tidak menginginkan dirinya mencuri kemuliaan TUHAN. Dengan rendah hati Daud menyadari, bahwa dia dapat menjadi raja adalah karena TUHAN.

Banyak dari antara para mantan majelis gereja kita yang telah menjadi pendeta. Di satu sisi, hal tersebut sangat membanggakan hati, sebab saya diberikan kemampuan oleh TUHAN untuk mendidik mereka hingga menjadi hamba TUHAN. Tetapi di sisi lain saya merasa was-was dan prihatin, apakah mereka memiliki motivasi yang benar-benar murni dalam melayani TUHAN. Oleh sebab itu menguji hati kita adalah merupakan hal yang sangat penting. Begitu juga dengan jemaat yang ingin melayani harus selalu menguji hati kita dalam melayani TUHAN. Apakah motivasi kita sudah benar dalam melayani TUHAN, sebab melayani TUHAN bukanlah hal yang mudah. Karena itu kita harus berani diuji TUHAN maupun orang lain disamping kita juga menimbang diri kita sendiri apakah kita memiliki motivasi yang benar. Amin.

Takdir berakar dari kata qadara yang memiliki arti, antara lain, keputusan, ketetapan, dan perhitungan. Dalam Alquran banyak ayat yang membicarakan takdir. Salah satunya: ''Allah menetapkan malam dan siang.'' (Al-Muzammil: 20). Dalam ayat lain, Allah SWT menyatakan: ''Matahari itu bergerak pada posisinya. Itulah ketetapan pasti Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Mengetahui. Kemudian, bulan juga Kami tetapkan posisinya, hingga ia pada suatu saat akan kembali ke posisi semula.'' (Yasin: 28-29).

Alquran cukup indah menggambarkan persoalan takdir ini. Ketika takdir dikaitkan dengan Allah SWT, maka takdir adalah gambaran kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas dan mutlak. Allahlah yang menciptakan alam raya beserta segala isinya, tanpa ada yang mampu menandinginya. Manusia adalah bagian dari takdir penciptaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang terlingkupi oleh takdir-Nya.

Namun, lain halnya ketika takdir itu dikaitkan dengan umat manusia. Alquran selalu menggambarkan bahwa manusia memiliki keleluasaan untuk melakukan berbagai hal yang mereka inginkan. Dalam Alquran tercatat: ''Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.'' (Ar-Ra'd: 11). Alquran juga menggambarkan bahwa apa yang akan manusia peroleh di akhirat nanti, itulah hasil usaha mereka di dunia. ''Siapa yang beramal baik, maka ia akan menuai kebaikan itu, namun siapa yang beramal buruk, maka ia akan mendapatkan keburukan di akhirat itu pula.'' (Al-Zalzalah: 7-8).

Dilihat sepintas lalu, ada perbedaan tajam menyangkut takdir tersebut. Di satu sisi Allah SWT mahakuasa dan menguasai manusia, namun di sisi lain Allah juga menyatakan manusia memiliki keleluasaan berbuat sesuai dengan kehendaknya. Lalu, apa sebetulnya hakikat takdir itu? Dalam satu kesempatan, Nabi SAW pernah menggambar garis lurus di atas tanah, dengan disaksikan oleh para sahabatnya. Beliau menggambar banyak garis yang berbeda bentuknya dan satu garis lurus. Ketika menggambar itu, beliau ditanya oleh para sahabatnya tentang maksud gambar itu.

Beliau lantas bersabda, ''Ini adalah satu jalan yang lurus, sedangkan yang lainnya adalah jalan-jalan yang beragam.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Artinya, di dunia ini ada banyak jalan yang dilalui oleh umat manusia. Manusia bebas menempuh jalan-jalan itu, namun selanjutnya, Nabi SAW tegaskan hanya ada satu jalan lurus yang mesti ditempuh oleh umat manusia. Jalan inilah yang Allah SWT dan Rasul-Nya tunjukkan.

Takdir dengan demikian adalah keputusan dan ketetapan Allah SWT yang pasti terjadi. Namun, kita tidak akan pernah tahu takdir Tuhan seperti apa. Kita tidak dituntut untuk tahu apa yang Allah SWT tetapkan pada kita. Yang dituntut dari kita adalah upaya kita untuk melakukan segala macam amal kebaikan positif di dunia ini. ''Dunia itu ladang akhirat,'' ujar Rasulullah SAW. (HR Bukhari). Yang menanam kebaikan akan beroleh kebaikan. ''Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan.'' (Al-Baqarah: 148).

Banyak manusia yang pasrah dalam menerima takdir
padahal pasrah adalah sikap mengalah telak pada apa yang namanya takdir
tapi banyak juga manusia yang ikhlas hatinya dalam menghadapi takdir
padahal ikhlas adalah juga pasrah tapi
disertai pikiran yang baik sangka dan hati yang penuh hikmah
takdir merupakan akar dari keikhlasan yang akan datang
takdir juga merupakan bunga dari keikhlasan yang telah lalu
jadi takdir-takdir di dalam hidup ini merupakan taman
bagi jiwa-jiwa yang ikhlas.

Untuk dapat mensyukuri kondisi diri kita, ada baiknya kita merenungkan kata-kata bijak nan sarat hikmah dari Imam Al-Ghazali berikut, semoga Allah menolong kita agar mampu berbuat sebagaimana potensi kita yang Dia Kehendaki…amien.

Ilmu (al-‘ilm) yang paling utama ialah mengetahui akan Allah, sifat-sifat-Nya dan tindakan-tindakan-Nya. Disinilah terletak kesempurnaan manusia. Dan pada kesempurnaan inilah bergantung bagian dan kebaikan manusia di hadapan Tuhan Yang Agung dan Sempurna.

Jasad (raga) itu kendaraan dari an-Nafs (jiwa). An-Nafs itu tempat ilmu dan ilmu itulah tujuan manusia dan hakikat dirinya, yang untuk itulah manusia diciptakan. …
….
Manusia dipandang dari segi bahwa ia makan dan berketurunan—maka ia sama dengan tumbuh-tumbuhan.

Dipandang dari segi bahwa ia merasa dan bergerak dengan ikhtiarnya sendiri, sama dengan binatang.

Dipandang dari rupa dan bentuknya, ia sama dengan gambar yang dilukis pada dinding.

Letak keistimewaan manusia ialah karena ia dapat mengetahui hakikat segala sesuatu.

Barangsiapa mempergunakan semua anggota dan kekuatannya ke arah membantu mendapatkan ilmu dan mengamalkannya, maka ia serupa dengan malaikat; atau dengan kata lain ia menyusul martabat malaikat dan patutlah ia disebut malak. Sebagaimana firman-Nya:
“Ini bukanlah seorang basyar, melainkan ia seorang malak yang mulia” (QS Yusuf [12]: 31).

“Kegagalan adalah jalan menuju kebesaran”

Rasulullah pernah mengalami pahitnya dakwah. Pada suatu tahun yang terkenal dengan ‘Amul Huzn (tahun kesedihan), beliau kehilangan Istri tercinta (Khadijah) sekaligus Paman yang amat beliau sayangi (Abu Thalib) sekaligus. Kehilangan tersebut masih ditambah lagi dengan penolakan masyarakat Thaif akan dakwah beliau, bahkan beliau dilempari batu hingga berdarah-darah. Kesedihan dan kegagalan ini masih belum lengkap, bila melihat fakta bahwa Rasul pernah mengalami kekalahan pada Perang Uhud dan Hunain.

Umar bin Khattab pun juga seperti itu. Sebelum mencapai cahaya Islam beliau adalah orang yang terkenal amat kejam dan keras kepala di kalangan kaumnya. Bahkan, saking kejamnya beliau tidak segan mengubur hidup-hidup putrinya sendiri yang baru lahir.

Imam Ghazali yang begitu masyhur dengan kedalaman ilmu dan karya-karyanya pun suatu saat pernah dirampok. Ketika itu, perampok pun berusaha merebut semua catatan ilmu yang dia miliki. Al Ghazali berusaha mempertahankannya dengan sekuat tenaga. Namun, usaha tersebut malah dicemooh oleh para perampok tersebut sebagai sebuah kebodohan.

Ada apa gerangan dengan semua kisah kegagalan di atas?

Meski pernah gagal, di kemudian hari nantinya Rasulullah bahkan mampu membuktikan diri sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia hingga saat ini. Umar bin Khattab lewat cahaya Islam menjelma masa sebagai pemimpin yang amat zuhud dan peduli akan rakyatnya, sehingga di tengah segala kemegahannya beliau masih rela hanya tidur di atas lantai yang keras. Sedang, Al Ghazali? Dengan merubah pola belajarnya dari sekedar mencatat menjadi menghafal. Kini, beliau menjelma menjadi salah seorang ulama muslim yang amat panjang umurnya, umur karya-karyanya tentu.

Tokoh-tokoh hebat di atas adalah segelintir tokoh yang mampu mengubah kegagalan menjadi energi dahsyat untuk berprestasi. Mereka tidak larut dalam kesedihan, apalagi kemudian berputus asa. Mereka menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari kesuksesan. Mengutip Solikhin Abu Izzuddin, kegagalan dan kesuksesan bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Adakalanya kegagalan datang, namun adakalanya pula kesuksesan yang menghampiri.

Yang terpenting bukan meratapi kesedihan yang terjadi, namun segera mengumpulkan energi untuk bangkit. Agar kita tidak berlama-lama menjadi ZERO, tapi segera menjadi HERO!

Suatu hari Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu beliau bertanya, "Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?" Empat murid beliu menjawab berturut-turut,"Orang-tua atau guru atau teman atau kaum kerabat." Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa jawaban tersebut benar. Tetapi yang paling dekat adalah MATI. Mengapa? Sebab itu janji Allah, bahwa setiap yang bernyawa itu pasti akan mati (QS. Ali Imran: 185). Lalu beliau bertanya kembali,"Apakah yang paling jauh dari kita di dunia ini?" Keempat murid beliau menjawab berturut-turut,"Negeri Cina, bulan, matahari dan bintang." Penegasan Imam Al-Ghazali, "Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok, dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai tuntunan agama." Beliau melanjutkan pertanyaannya, " Apa yang paling besar di dunia ini?" Tiga orang murid beliau menjawab, "Gunung,matahari, dan bumi." Penegasan Imam Al-Ghazali, "Semua jawaban itu benar. Tetapi yang besar sekali adalag hawa nafsu (QS. Al A'raf 179). Maka, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu kita, jangan sampai nafsu itu membawa kita nanti ke neraka." "Apa yang paling berat di dunia ini?" Tiga murid beliau menjawab "Baja, besi dan gajah." Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa semua itu benar. Tetapi, lanjut beliau, yang paling berat adalah memegang amanah (QS. Al-Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan,binatang, gunung dan malaikat semua tidak mampu. Ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi ini. Tapi manusia dengan sombongnya berebut menyanggupi permintaan tersebut. Sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah. "Apa yang paling ringan di dunia ini?" Keempat murid beliau menjawab berturut-turut, kapas, angin, debu, daun-daunan. Tanggapan Imam Al-Ghazali atas jawaban tersebut, "Semua jawaban kamu benar." Tetapi, lanjut beliau, yang paling ringan sekali adalah meninggalkan sholat. Gara-gara pekerjaan kita dan urusan dunia, kita tinggalkan sholat. Beliau kembali bertanya,"Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?" Murid-murid beliau dengan serentak menjawab, "Pedang!" Imam Al-Ghazali menanggapi bahwa jawaban tersebut benar. Namun, kata beliau, yang paling tajam didunia ini adalah lidah manusia. "Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti dan melukai perasaan sesemanya sendiri." Mudah-mudahan kita semua bisa memetik hikmah dari semua itu. AMIN

KONSEP SURGA DAN NERAKA MENURUT SYEHK SITI JENAR
Menurut Syehk Siti Jenar Surga dan Neraka terdiri dari dua wujud yang terjadinya dari keadaan “ Anal Jannatun wa Nara katannalil al anna “ artinya Wujud Mahluk itu dari kejadian surga dan neraka . adanya surga sekarang ini berdasar pada kejadian di dunia , surga yang luhur terletaka pada perasaan hati yang senang .

Syehk Siti Jenar meyakini surga dan neraka itu tidak perlu menunggu hari kiamat . di dunia seseorang sudah bisa merasakan keadaan alam kubur, siksa neraka atau kenikmatan surga . di dalam Qalbu itulah seseorang dapat mersakan siksa kubur, surga dan neraka . sesungguhnya konsep tersebut sudah di pahami Siti Jenar dan orang orang khusus, sedangkan pemahaman orang awam surga dan neraka setelah hari Kiamat karena perbedaan tersebut maka teori/konsep Siti Jenar dianggap sesat.
Berbeda dengan toko Sufi Syehk Khaled Bentounes ia lebih bijak dalam menjelaskan surga dan neraka dari sudut ke sufian . Syehk Khaled Bentounes tidak mengesampingkan bahwa setelah kematian ruh akan tinggal di alam Bardzakh selama beberapa waktu. Ulam lain mengatakan setelah kematian ruh akan terbebas dari unsure negative yang diterimanya dalam kehidupan ini, karena ruh tidak dapat meneruskan perjalanan yang lebih tinggi kecuali dengan kondisi bersih. Syehk Khaled Bentounes juga berpendapat kehidupan setelah kematian adalah kehidupan baru pada tahap kehidupan ini muncullah gambaran tentang surga dan neraka, yang sesungguhnya merupakan tahapan untuk mencapai realitas tertinggi.
Ruh manusia yang menempuh kehidupan lurus terpuji dan mulia akan memasuki surga yaitu tempat merka yang dapat melampaui jarak yang memisahkan mereka dari pengetahuan sempurna, yaitu memandang wajah ALLOH. Sedangkan neraka terletak di awab yang menampung ruh mereka yang hidup dalam ke alpaan terhadap Tuhannya . dengan api penyuci itulah ruh-ruh tersebut akan mengakui “ Tidak ada Tuhan kecuali Alloh “
Bagaimanapun menurut perkataan orang bijak besar di sebutkan bahwa neraka adalah sebuah rahmat sebagaimana surga hal ini dapat kita pelajari dari hadist nabi Muhammad SAW.
“ Penduduk Surga berkelu kesah sebagaiman penduduk neraka “
hal tersebut memberitahukan jiwa akan tersisa bila berpisah denganNYA , tampaknya hal itu berarti bahwa surga itu juga sebuah tahap, sebuah batas jika jiwa juga tidak bersua dengan Ilahi , sang Maha Mutlak.
Dikatakan pulah dalam jiwa manusia neraka terasa mengerikan namun neraka diciptakan sebagai penyuci dan penghapus pikiran negative yang menyesaki jiwa sesungguhnya dua tahapan tersebut tidak lain sebua kasih sayang yang tidak terkira besarnya dari sang Khaliq kepada ciptaannya

Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.

Berbahagialah dilahirkan menjadi manusia, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk walau hidup kita tidak makmur, hendaklah menjadikan kita berbesar hati. Sebab amat sulit dapat dilahirkan menjadi manusia, meski kelahiran hina sekalipun. Demikian wejangan yang disampaikan oleh Bhagawan Wararuci dalam kitab suci Sarasamuscaya.

Manusia tidak dapat lari dari kenyataan hidup yang penuh dengan perjuangan membangun cinta kasih dalam diri dan di tengah-tengah masyarakat. Tentu perjuangan ini tidak mudah, memerlukan pengorbanan terus-menerus baik pisik, materi bahkan psikis. Membina cinta kasih dengan sesama manusia dan kepada Tuhan sering lenyap dihanyutkan oleh berbagai kepentingan dan bersifat pamrih. Kita dapat melihat dalam dinamika kehidupan modern ini, ada sesuatu yang bergeser. Salah satu aspek yang bergeser adalah orientasi hidup manusia mencari "KETENANGAN JIWA" bergeser menjadi mencari "KESENANGAN DUNIAWI". Kesenangan duniawi itulah dianggap sebagai tujuan hidup (hedonisme) yang benar. Mencari senangan hidup tanpa kesadaran untuk membatasi diri akan menimbulkan penderitaan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Hidup yang hanya mengejar kesenangan duniawi menyebabkan timbulnya gaya hidup biaya tinggi. Gaya hidup biaya tinggi melahirkan manusia sibuk mencari uang. Untuk dapat bersenang-senang membutuhkan uang yang banyak. Contoh : orang yang kecanduan Narkoba, kecanduan miras, kecanduan judi, kecanduan main perempuan, semua ini memerlukan uang yang tidak sedikit. Akibat pengaruh dari kecanduan ini segala cara pun dilakukan, yaitu mencopet, menipu, pemerasan, pengancaman, merampok, memperkosa dan membunuh. Sebagai terminal hasil perbuatannya itu menghuni rumah dengan tembok jeruji besi.

Kata kunci dalam menjalani dinamika hidup sebagai manusia ada empat. Pertama, apapun yang kita miliki dan seberapa pun kita mendapat reziki kita harus dapat mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena semuanya itu adalah titipan yang suatu saat akan meninggalkan kita. Kedua, Jadikanlah kitab suci Veda sebagai pedoman hidup untuk menuntun ke jalan yang diberkati. Ketiga, yang dapat menolong diri kita dari lembah penderitaan adalah diri kita sendiri, yaitu dengan semangat dan tekad yang kuat untuk menjadi manusia yang memiliki jati diri. Keempat, dekatkan diri pada Tuhan, agar segala ujian berat dapat kita lewati dengan hati yang lapang.

Tuhan telah berjanji "Mereka yang hanya memuja-Ku saja, tanpa memikirkan yang lainnya lagi, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan Ku lindungi segala apa yang mereka miliki.

Memahami Sabda Tuhan ini hendaknya jangan sampai salah mengerti. Manusia tetap berusaha, dan berencana, hasilnya serahkan kepada Tuhan. Karunia Tuhan bukanlah berupa kenikmatan semata-mata. Penderitaan dan kesukaran pun merupakan karunia Tuhan. Tuhan tentunya maha tahu apa yang kita butuhkan. Karena tidak setiap penderitaan dan kesukaran itu merupakan hal yang negative. Banyak penderitaan yang menyebabkan orang bangkit, sadar dan tekun berpegang pada Dharma, akhirnya mereka sukses dalam hidup baik berupa berkecukupan sandang papan dan pangan. Kesadaran dan ketekunan adalah hal yang amat bernilai tinggi dan itu baru didapat setelah Tuhan memberikan penderitaan dan kesukaran hidup.

Rama sebagai putra mahkota kerajaan Ayodya dibuang di tengah hutan oleh ayahndanya, akibat niat jahat ibu tirinya, demikian pula Panca Pandawa dibuang ditengah hutan selama 12 tahun dan 1 tahun dalam penyamaran, karena keserakahan Korawa, hidup mereka penuh dengan penderitaan dan kesukaran. Arjuna salah satu Putra Pandu mendapat senjata-senjata sakti dari para dewa setelah melalui penderitaan yang luar biasa. Mereka tetap menjalani penderitaan dan kesukaran hidup dengan jiwa besar dan kesabaran serta senantiasa dekat dengan Tuhan.

Penderitaan dan kesukaran hidup yang dialami manusia memiliki dimensi yang luas. " Penderitaan dipandang sebagai penderitaan, maka " penderitaan " akan tetap sebagai penderitaan. Kalau " Penderitaan dipandang sebagai " karunia " Tuhan dan " ujian " bagi perjalanan hidup kita, maka penderitaan itu akan merupakan proses penguatan, peningkatan dan penyucian diri bagi manusia dalam pendakian spiritual menuju Brahman. Penderitaan harus dipandang sebagai proses kristalisasi jiwa menuju penglihatan di dalam diri. Penglihatan ke dalam diri akan membawa kemurnian jiwa tanpa selubung kegelapan hawa nafsu yang menggelora. Hanya jiwa yang murni akan dapat menjangkau kesucian Tuhan.


Wanita Belanda jarang sekali yang minta dibius kalau melahirkan. Para dokter Belanda berdiskusi apakah tidak perlu meningkatkan suntik bius untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan, namun banyak orang di Belanda yang menolak ide ini. Apakah budaya Belanda yang berciri Kalvinis menghalangi orang Belanda mengurangi rasa sakit? Budaya Kalvinis adalah bagian dari agama prostetan mashab Kalvinis yang dicetuskan oleh Calvijn.
Ia menekan pada sikap dosa manusia dan untuk mendapat pengampunan maka manusia harus menderita. Nah, bius yang mengurangi rasa sakit tentu saja bertentangan dengan sikap ini. Alami

"Rasa sakit adalah syarat yang tak terpisahkan untuk menjadi seorang ibu yang baik", demikian tulis seorang wanita dalam salah satu koran menanggapi ide mengurangi rasa sakit dengan bius. Diskusi cukup emosional antara pro dan kontra bisa kita baca dalam koran ini. Komisi penasehat medis mengusulkan suntik bius untuk mengurangi rasa sakit harus diubah. Sampai saat ini hanya kalau dokter menganggap perlu maka sang wanita diberi suntik bius ini. Usul komisi ini membaliknya, kalau perempuan minta maka ia berhak mendapat suntik bius ini. Rasa sakit adalah fungsi penting dalam budaya Kristen, yang berakar dalam masyarakat Belanda.

Takdir
"Sangat sakit tuan", demikian ungkap seorang wanita di lembaga bersalin di Amsterdam. "Saya berpikir bagaimana saya bisa mengakhirinya, tapi perempuan memang sudah ditakdirkan untuk melahirkan". Seorang perempuan lain menambahkan: "Memang sakit, tapi kami sudah tahu sebelumnya. Jadi jangan merengek-rengek. Saya sebenarnya bangga juga," demikian sambung wanita pertama, "memang sakit tapi toh saya jalani. "

10 persen
Beda dengan negara-negara lain, perempuan Belanda pada umumnya bersalin di rumah. Jadi suntik bius tidak mungkin diterapkan karena dibutuhkan spesialis anastesi di rumah sakit. Beda yang besar sekali kalau dibandingkan dengan Amerika Serikat di mana 60 persen dari perempuan yang bersalin mendapat bius pati rasa ini dan di Belgia, 70 persen.

Di Belanda hanya 10 persen dari perempuan yang bersalin mendapat suntik ini. Apa sebabnya? Kita jumpai Amanda Kluveld, sejarawan Belanda yang meneliti gejala rasa sakit dalam budaya Belanda. Judulnya: Rasa sakit, kembali ke taman firdaus dan keinginan untuk keluar lagi.

Ia berpendapat, orang Belanda bersikap beda dengan bangsa-bangsa lain: "Kami di Belanda tentu saja sama takutnya akan sakit, tapi kami memberi makna tertentu, orang harus menderita dulu sebelum mendapat rejeki. Jadi perempuan harus menderita dulu, sebelum bisa mendapat anak yang didambakan. Orang Belanda juga enggan menghilangkan rasa sakit karena ini tidak alami; rasa sakit dianggap alami terutama saat melahirkan. Kalau Anda ingin mengubah kenyataan ini maka ini dianggap orang Belanda aneh ".

Budaya Kalvinis
Orang Belanda memang sering menyinggung budaya Kalvinis mereka. Amanda Kluveld: "Kami sering teringat topik budaya Kalvinis ini apalagi kalau mendiskusikan tema rasa sakit. Ada kaitannya dengan dosa dan bertobat. Seakan-akan kami menerima semua dosa asal". Ia menyinggung pada kitab perjanjian lama yang menyebut Adam dan Hawa ketika diusir dari taman firdaus mendapat rasa sakit sebagai bagian dari hidup mereka. Dan ini diwariskan sebagai dosa asal pada manusia.

Ketika pada tahun 1846 ditemukan teknik medis pati rasa, terjadi diskusi hebat di Eropa dan Amerika sekitar etika di balik teknik mengurangi rasa sakit ini. Apakah ini sesuai dengan keinginan Tuhan? Ada yang menyimpulkan ini sesuai dengan pengampunan Tuhan terhadap manusia yang berdosa dan mengurangi rasa sakit, namun ada juga yang menganggapnya bertentangan dengan kehendak Tuhan. Rupanya sikap terakhir ini yang dominan di Belanda. Bahkan juga di kalangan mereka yang tidak beragama.

Para calon ibu di lembaga bersalin di Amsterdam tetap menentang suntik bius ketika melahirkan, namun mereka tidak melarang orang lain yang meminta dibius ketika melahirkan anaknya. Seorang wanita asal Inggris menyatakan ia bisa menghormati sikap orang Belanda yang anti obat bius ini namun ia toh ke Inggris negara asalnya untuk bersalin: "Di Inggris saya yakin akan mendapat suntik pati rasa ini kalau perlu, ini pun terjadi karena saya memang memerlukannya".

Berubah
Namun sikap orang Belanda terhadap rasa sakit juga berubah. Diskusi sekitar suntikan bius untuk bersalin adalah bagian dari perubahan ini. Demikian juga diskusi sekitar bedah plastik untuk mempercantik tubuh yang nota bene adalah ciptaan Tuhan. Dokter gigi pun sudah memberi suntikan pati rasa dengan mudah. Jadi mencap bahwa semua upaya mengurangi rasa sakit adalah bertentangan dengan kehendak Tuhan, tidak didukung secara massal lagi.


SETIAP orang sepertinya mendambakan karunia Tuhan dalam perjalanan hidupnya ini. Mencapai karunia Tuhan menurut sloka Bhagawadgita yang dikutip dalam tulisan ini menyatakan bahwa tidak cukup hanya dengan memohon pada Tuhan dalam wujud sembahyang saja.

Demikian juga pengertian karunia Tuhan bukan hanya dalam wujud hidup enak bersenang-senang. Pengertian setiap orang tentang “karunia Tuhan” berbeda-beda. Perbedaan pengertian itu terjadi pada setiap orang baik umat yang seagama maupun yang berbeda beda agama.

Ambil contoh orang yang hidupnya kaya, sehat, bermartabat, menjabat di lembaga yang terpandang dan punya wewenang. Orang yang keadaannya seperti itu dan sejenisnya dinyatakan mendapat karunia Tuhan. Kalau ada orang yang hidupnya menderita seperti sakit-sakitan, miskin, tidak terkenal, dan tidak punya wewenang apa-apa. Orang yang keadaannya seperti itu ada yang menyebut sebagai hidup yang dikutuk oleh Tuhan. Ada banyak lagi pendapat tentang karunia dan kutukan Tuhan yang berbeda-beda dengan aneka ragam argumentasi.

Dalam bahasa Indonesia, ada istilah karunia Tuhan, anugerah Tuhan, kasih sayang Tuhan, dan rahmat Tuhan sebagai istilah untuk menyatakan bahwa Tuhan itu amat baik kepada manusia. Kata “karunia” berasal dan bahasa Sansekerta, karuna, yang artinya kasih sayang. Kemungkin besar kata “karunia” itu diambil dari salah satu dari ajaran Catur Paramita yaitu karuna yang memang maksudnya mengasih-sayangi semua makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam konsep agama Hindu yang dinyatakan dalam berbagai pustaka sucinya bahwa Tuhan menciptakan ajaran karmaphala. Karma artinya perbuatan atau pekerjaan dan phala artinya hasil. Orang hidup menderita dan bahagia itu hanya memetik hasil perbuatannya saja sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran karmaphala itu..

Manusia yang berbuat baik dan benar disebut subha karma dan yang berbuat tidak baik dan tidak benar disebut asubha karma. Kalau karma itu berdasarkan dharma disebut subha karma, Sedangkan kalau berbuat yang berlawanan dengan dharma disebut asubha karma. Tuhanlah sebagai pencipta hukum karmaphala. Menurut pandangan ini, perbuatan yang baik dan benar akan memberikan pahala yang baik dan mulia. Sebaliknya perbuatan yang tidak baik dan salah apalagi jahat akan menimbulkan pahala yang tidak baik bagi pelakunya.
Karunia Tuhan itu pemberian karmaphala yang tepat dan adil sesuai dengan perbuatan yang dilakukan seseorang. Itulah bentuk karunia Tuhan. Karena itu, suka dan duka kedua-duanya adalah karunia Tuhan. Keadaan duka sering dipahami sebagai kutukan. Namun dalam bahasa rohani, hal itu adalah karunia pengambilan karma buruk yang pernah kita lakukan.

Tidak mungkin derita itu diberikan oleh Tuhan tanpa alasan karma. Dengan pemahaman bahwa derita sebagai pengambilan karma buruk oleh Tuhan, itu berarti penyucian dan memiliki kekuatan untuk tidak mudah putus asa dalam hidup ini. Dengan pemahaman itu, derita akan lebih ringan dirasakan. Di samping itu sikap menyalahkan orang lain pun dalam menghadapi derita akan dapat dikurangi.

Yang utama adalah bagaimana kita berusaha mencapai karunia Tuhan itu. Hal inilah yang dinyatakan dalam sloka Bhagawadgita. Ada empat hal yang wajib dilakukan orang yaitu kirtanam, yatantah, drdha urata, dan namasyantah. Keempat hal itu dilakukan sebagai wujud bhakti kita pada Tuhan. Memuja Tuhan dengan menyanyikan nama-namaNya sebagai bentuk bhakti disebut kirtanam atau bhajanam.

Sedangkan yatantah artinya terus berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Apapun yang kita tekadkan dalam diri untuk menyelenggarakan hidup pasti ada hambatannya. Orang yang konsisten dan tahan menghadapi berbagai hambatan dan tantangan hidup dalam mewujudkan janji dirinya, itulah yang kemudian disebut drdhavrata.

Menetapkan janji diri dalam hidup ini hendaknya dilakukan dengan kajian mendalam sebelum janji diri itu ditetapkan dengan kekuatan dan keseimbangan eksistensi jasmani dan rohani. Dengan demikian, segala sesuatunya sudah terpikirkan dalam menetapkan janji diri itu. Namasyantah artinya senantiasa memuja dan menghormati Tuhan sesuai dengan petunjuk sastranya. Semuanya itu dilakukan sebagai wujud bhakti mencapai karunia Tuhan.


Print E-mail

"Siapa yang menyelamatkan kamu?"
"Yang menyelematkan saya adalah perbuatan baik saya!"
"Apa itu mungkin?"
"Apa maksudmu?"
"Kami orang Kristen percaya bahwa kami diselamatkan oleh Yesus. Kematian Yesus di kayu salib telah menebus dosa-dosa kami".

"Semua dosa? Dari Dosa karena kelalaian kecil sampai dosa karena kejahatan besar, misalnya karena membunuh orang?"
"Ya, semua dosa!"

"Saya pernah mendengar yang seperti itu. Ada seorang pemuda yang berkali-kali melakukan kejahatan. Tapi ia selalu lolos dari hukuman. Kebetulan bapaknya orang berkuasa. Karena sayangnya kepada anak ia selalu berhasil mengeluarkan anaknya dari tahanan. Tapi "penebusan dosa" oleh si bapak ini telah merusak dua hal. Pertama, rasa keadilan masyarakat, khususnya orang yang menjadi korban kejahatan anaknya. Kedua, merusak moral anaknya, karena anaknya tidak pernah belajar tentang arti tanggung jawab".

"Penebusan dosa tidak memberi ijin kami untuk berbuat jahat. kami orang Kristen juga harus berbuat baik. Yang saya maksudkan adalah keselamatan di dunia akhirat. Apa yang dilakukan oleh si bapak dalam contohmu itu juga tidak sesuai dengan prinsip agama kami. Kami juga menghormati hukum?".

"Kalau begitu apakah moralitas dunia berbeda dengan moralitas akhirat? Bagi agama saya Hukum Karma berlaku baik disini di dunia ini maupun dalam hidup kami nanti setelah mati".

Demikianlah idalog yang dilakukan oleh dua orang siswa yang sedang mengikuti pendidikan pada suatu perusahaan. Yang satu Hindu dan yang lain Kristen. Mereka teman satu kamar. Mereka sering berdiskusi tentang agama masing-masing. Dengan cara ini mereka memperluas wawasan. Dan dengan wawasan yang lebih luas mereka menumbuhkan sikap toleran yang sebenarnya.

Mengapa Orang-Orang Baik Menderita? .

Harold S. Khusner, seorang Rabbi (Pendeta) Yahudi telah menulis sebuah buku yang dibaca oleh banyak orang, judulnya " When Bad Things Happen to Good People" artinya ketika hal-hal buruk menimpa orang-orang baik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Mengapa Orang-orang Baik Menderita?'

Dalam buku ini dengan sangat mengharukan, Khusner menceritakan suatu peristiwa nyata yang menimpa dirinya. Ia memiliki dua orang anak, Aaron, laki-laki dan Ariel, perempuan. Pada usia 8 bulan, Aaron mulai menampakkan perkembangan yang aneh.

Perkembangan tubuhnya sangat lambat. Setelah membawanya ke berbagai dokter akhirnya diketahui anak laki-laki itu menderita progeria, suatu penyakit yang menyebabkan seseorang menjadi tua dengan cepat dan akan mati pada usia sangat muda.

Mengetahui kenyataan ini Rabbi Khusner sangat terpukul. Sesuai dengan keyakinan setiap orang beragama, yang juga sering disampaikannya dalam kotbah-kotbahnya, ia yakin bahwa orang-orang yang berbuat baik,yang menjalankan hidupnya sesuai perintah agama pasti akan memperoleh hidup yang baik, akan terhindar dari mala pertaka. Dan sebaliknya, orang-orang yang melanggar perintah agama, yang melakukan kejahatan pasti akan dihukum oleh Tuhan.

Ia adalah seorang pendeta. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk mengabdi Tuhan, menyampaikan isi kitab suci kepada umatnya, orang-orang Yahudi yang menjadi jemaatnya. Lalu mengapa anak laki-laki satu-satunya harus menderita seperti itu?. Dan Aaron, masih kanak-kanak. Belum pernah melakukan kejahatan apapun apalagi kejahatan yang patut dihukum. Tapi mengapa ia ditimpa dengan penderitaan yang demikian hebat? Pendeta itu merasa diperlakukan tidak adil.

Takdir atau Karma?

Mengapa orang-orang baik menderita? Dalam hidup ini kita sering melihat kenyataan yang sulit dipahami. Orang-orang baik yang menderita. Orang-orang yang tidak baik tidak kekurangan suatu apapun. Banyak orang yang menderita sejak dilahirkan, baik karena kekurangan pisik maupun kekurangan mental atau daya pikirnya. Mengapa mereka menderita? Mengapa hal itu terjadi?.

Ada dua penjelasan mengenai apa yang tampak sebagai "ketidak adilan" ini. Yang pertama, adalah Hukum Karma. "Nasib" kita ditentukan oleh perbuatan kita sendiri. Seorang bayi yang baru lahir telah membawa buah dari perbuatannya dalam hidupnya sebelumnya.

Yang kedua adalah doktrin predestinasi atau takdir, yang menyatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Ketika Tuhan meniupkan roh pada jabang bayi yang masih dalam kandungan ibunya pada waktu itu juga nasibnya ditentukan. Apakah ia kelak akan menjadi orang bahagia atau menjadi orang menderita. Bahkan, apakah nanti ia akan masuk surga atau masuk neraka sudah pula ditentukan sebelumnya oleh Tuhan.

Antara kedua keyakinan ini kelihatannya sama saja. Dimana letak perbedaannya?.

Takdir mengatakan bahwa nasib kita telah ditentukan secara sepihak oleh Tuhan dan apa yang telah ditetapkan-Nya tidak dapat dirobah oleh manusia. Takdir itu harus dijalani saja. Saya pernah mendengar ceramah di televisi yang mengatakan mengapa penjual soto yang satu sangat laris sedang penjual soto yang lain disebelahnya tidak laku?. Diajawab sendiri oleh si penceramah : itu karena takdir Tuhan. Tuhan campur tangan secara langsung terhadap hidup kita.

Hukum Karma mengatakan hal yang lain, Kitalah yang menentukan nasib kita. Mari kita jelaskan hal ini dengan suatu pengandaian. Setiap perusahaan pada akhir tahun membuat perhitungan-perhitungan yang disebut tutup buku. Pada waktu itu dihitunglah biaya-biaya (kewajiban-kewajiban, hutang-hutang) yang telah dikeluarkan dan pendapatan-pendapatan yang diperoleh.

Bila jumlah biaya lebh besar dari pendapatan maka perusahaan itu disebut rugi. Bila pendapatan lebih besar dari biaya maka perusahaan itu untung. Berdasarkan fakta ini perusahaan itu melakukan kegiatannya pada tahun ini. Bagi perusahaan yang menderita rugi, pada tahun ini ia harus bekerja lebih keras agar paling tidak ia dapat menutup kerugiannya serta melanjutkan usahanya di tahun-tahun kemudian. Bagi perusahaan yang untung tetap juga harus bekerja keras agar ia terus berkembang.

Demikian pula dengan manusia. Bila dalam kehidupan yang lalu kita lebih banyak "hutang", maka hidup kita kini akan merasa lebih berat. Dan kita harus bekerja lebih keras untuk melunasi utang-utang tersebut serta menambah modal bagi hidup kita sekarang. Bila karma-karma dalam hidup kita kini akan terasa lebih ringan. Tapi kita tetap harus bekerja keras. Sebab kalau kita bermalas-malasan modal itu bisa makin berkurang atau habis. Apalagi kalau kita menyalahgunakan modal itu, boleh jadi ia akan berbalik menjadi hutang yang berat.

Jadi itulah perbedaannya. Takdir tak bisa dirubah. Bila anda ditakdirkan menderita, apapun yang ada lakukan anda tetap menderita. Bila anda ditakdirkan masuk neraka pikiran dan perbuatan anda akan mengikuti takdir itu. Sedangkan melalui karma hidup kita bisa dirubah. Dalam wiracarita Mahabarata dikisahkan seekor cacing, melalui usahanya secara bertahap berkembang menjadi manusia utama.

Tiga Jenis Karma.

Bagimana kita menjawab pertanyaan Rabbi Khusner? Mengapa seorang anak kecil yang tidak berdosa ditimpa penderitaan yang begitu hebat?.
Doktrin Takdir menjawab : "Itu kehendak Tuhan" Mengapa Tuhan berkehendak demikian?. Jawabnya : "Mungkin ada maksud mulia dibalik penderitaan yang dialami anak kecil itu". Mengapa untuk suatu tujuan mulia Tuhan merusak kehidupan seorang anak kecil? Mungkin akan dijawab : "Kehendak Tuhan tidak semua bisa kita pahami. Hanya Dia yang tahu".

Memang lebih gampang mengatakan bahwa penderitaan kita disebabkan karena kehendak Tuhan. Jauh lebih berat rasanya untuk mengakui bahwa penderitaan kita merupakan akibat dari perbuatan kita. Namun dengan mengatakan bahwa Tuhanlah penyebab dari penderitaan kita, kita telah melemparkan tanggung jawab kita kepada Tuhan. Dengan kata lain kita sebenarnya menuduh Dia bekehendak sewenang-wenang dan tidak adil.

Jika menurut Hukum Karma apa yang kita alami sebenarnya hanya merupakan buah dari perbuatan kita, mengapa anak kecil yang belum bisa berbuat apa-apa mendapat penderitaan?.

Berdasarkan jarak waktu antara perbuatan dilakukan dan hasilnya diterima, terdapat tiga jenis Hukum Karma. Perbuatan yang hasilnya langsung diterima dalam kehidupan kita sekarang disebut Prarabda. Perbuatan dalam hidup kita sekarang yang hasilnya kita terima dalah hidup atau kelahiran yang akan datang disebut Sanchita. Perbuatan yang kita lakukan dalam hidup kita terdahulu yang hasilnya baru kita terima sekarang disebut Kriyamana.

Apakah menurut Hukum Karma kita harus memikul hasil dari perbuatan orang tua kita. Apakah Hukum Karma sama dengan dosa turunan?.

Di dunia ini belum ada seorang anak dihukum pidana, dimasukkan penjara karena kesalahan bapaknya. Kita tidak memikul karma dari orang tua kita. Tapi benar bahwa kita terpengaruh oleh karma orang tua kita.

Misalnya kalau orang tua kita menjadi direktur bank yang besar kita akan mendapat kemudahan- kemudahan. Kita tinggal di rumah yang lebih baik. Bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang tertinggi pada sekolah yang lebih baik. Lingkungan menghormati keluarga kita. Tapi kalau kemudian Bapak kita dihukum penjara karena misalnya, menyalahgunakan kekayaan bank tersebut, kitapun merasakan akibat buruknya. Kita merasa malu pada masyarakat. Rumah kita yang mewah mungkin ikut pula disita. Tapi yang masuk penjara tetaplah bapak kita. Pada dasarnya setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.

Bila kita menderita bolehkah kita memohon agar penderitaan kita dihapuskan?

Hukum karma sama sekali tidak boleh menyebabkan kita melalaikan Tuhan! Dalam Bagawad Gita misalnya dikatakan bahwa kewajiban kita adalah melakukan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya, bukan untuk menentukan hasilnya. Doa dan sembahyang merupakan sarana kita untuk mengadakan komunikasi dengan Tuhan. Penderitaan seringkali membuat kita merasa lebih dekat dengan Tuhan.

Bila penderitaan kita dihapuskan, tidakkah berarti Tuhan mengambil tanggung jawab kita? Tidakkah berarti Dia melanggar Hukum Karma?

Sebuah perbandingan mungkin dapat menjawab pertanyaan ini. Seorang diktator memerintah sesuai kehendaknya sendiri. Ia tunduk pada hukum. Kehendaknya sendiri adalah hukum. Ia menghukum siapa saja yang tidak disukainya. Memberi hadiah siapa saja yang disukainya. Tidak peduli apa perbuatan mereka itu.

Seorang presiden memerintah berdasarkan hukum. Sekalipun ia yang membuat hukum bersama wakil rakyat, ia tunduk pada hukum itu. Ia mengatur masyarakat melalui hukum. Dengan demikian tidaklah berarti presiden lalu tidak dibutuhkan lagi. Presiden masih mempunyai banyak hak-hak istimewa. Misalnya hak untuk memberi grasi atau amnesti. Berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu seseorang yang sudah jelas bersalah, dapat diberi pengampunan oleh Presiden. Misalnya karena orang tersebut menyatakan penyesalannya dan bertekad akan memperbaiki kesalahannya.

Tapi tentu saja tidak setiap dosa diampuni. Kalau setiap kejahtan diampuni, apa artinya keadilan? Apa gunanya hukum dan penegak hukum? Kalau kejahatan dibalas dengan kebaikan, lalu dengan apa kebaikan dibalas? Kebaikan dibalas dengan kebaikan. Kejahatan harus dibalas dengan hukuman yang adil, untuk menyadarkan si pelaku tentang makna tanggung jawab.

Apakah Hukum Karma adalah Hukum Balas Dendam?

Adalah suatu kesalahan bila kita melihat Hukum Karma dalam penderitaan. Bila teman kita sedang tertimpa kesulitan kita akan berkata : "Itulah karmanya". Tapi bila teman kita sukses dan berhasil dalam hidupnya, kita jarang mengatakan : "Itulah karmanya". Tapi biasanya kita mengatakan : "Ya, nasibnya baik". Dengan bersikap demikian kita seolah-olah senang bila ada orang lain menderita dan senaliknya tidak senang mengakui keberhasilan mereka.

Keberhasilan kita juga merupakan akibat dari karma kita. Namun sebagai orang beragama kita tentu akan mengatakan semua ini hanya karunia Tuhan semata-mata. Tapi Tuhan tidak akan mengaruniakan kita sesuatu bila kita tidak pantas menerima karunia Tuhan? Ya, karma-karma baik kita.

Jadi Hukum Karma bukan hukum balas dendam. Hukum Karma hanya menetapkan hubungan sebab dan akibat, perbuatan dan hasil. Ibarat kita menanam pohon. Pahit atau manis buah yang kita petik tergantung dari pohon yang kita tanam.

Hukum Karma menjamin berlakunya keadilan dalam kehidupan manusia. Tanpa keadilan semacam itu hidup didunia ii tidak ada gunanya. Tanpa Hukum Karma agama hanyalah sekedar menjadi alat penghiburan. Seperti obat penenang yang menghilangkan rasa sakit namun tidak menyembuhkan penyakitnya. Tanpa Hukum Karma Tuhan adalah diktator yang kejam dan sewenang-wenang. Hanya hormat atau rasa takut yang membuat kesewenang-wenangan tampak sebagai keadilan.

Apakah Makna Hukum Karma bagi Kehidupan Kita?

Tukang soto yang kurang laku dan ia percaya kepada dogma takdir akan menerima dengan pasrah bahwa sudah merupakan kehendak Tuhan sotonya tidak laku, dan bahwa sudah takdir pula soto teman disebelahnya sangat laris. Semua itu sudah kehendak Tuhan. Bila tukang soto itu percaya pada Hukum Karma ia akan bertanya mengapa sotonya tidak laku dan mengapa soto temannya laris? Mungkin rasa sotonya kurang enak? mungkin harga sotonya lebih mahal? Mungkin cara melayani pembeli tidak ramah? Atau warungnya kurang bersih?.

Takdir meminta orang pasrah atas nasibnya. Hukum Karma membuat orang harus mengambil tanggung jawab atas nasibnya sendiri. Takdir mungkin membuat orang damai dalam kepasifan. Karma membuat kita mengambil tanggung jawab aktif untuk merubah dan memperbaiki hidup kita sekalipun untuk itu kita harus menghadapi kesulitan.

Brhadarannaka Upanishad.

Kitab suci Brhadarannaka Upanishad mengatakan "keinginan membentuk perbuatan, perbuatan membentuk nasib manusia" :

Sesuai dengan perbuatan dalam hidupnya, demikianlah hidup manusia jadinya. Ia yang berbuat baik menjadi baik, Ia yang berbuat buruk menjadi buruk. Dan sesungguhnya mereka mengatakan seseorang manusia dibentuk oleh keinginannya. Sesuai dengan keinginannya demikianlah keyakinannya. Sesuai dengan keyakinannya demikianlah perbuatannya. Dan sesuai dengan perbuatannya demikianlah ia jadinya.

Dikatakan : Seorang manusia dengan perbuatan-perbuatannya menuju nasibnya.