Istilah "isilah pikiran kita dengan ingat tentang Tuhan", atau mungkin selalu mengingat Tuhan. Menurut pandangan saya mengingat Tuhan tidak sama dengan
Kesadaran Tuhan, Good conciousness atau Bhagawan Chetana? (maaf mungkin salah spelling).
Kata menggingat berarti kita berusha selalu mengingat Tuhan dimanapun kita berada, dan itu adalah sangat baik. Tapi juga kita harus menyadari, ketika kita melantunkan nama Tuhan maka kita jangan membagi perhatian kita kepada
hal yang lain. Membagi pikiran dalam waktu yang bersamaan, percis seperti satu kaki diatas perahu dan satu kaki lagi di perahu yang lain, dimana kedua perahu tersebut memiliki arah yang berbeda.
Mengingat Tuhan, adalah usaha untuk membikin mood pada pikiran kita. Dan saya setuju itu adalah hal yang sangat baik untuk dilakukan. Tapi jangan lupa bahwa itu bukan kesadaran Tuhan.
Ada analogi yang sangat indah, seorang yang miskin, tidak memiliki banyak uang, tapi setiap hari dia selalu meyakinkan dirinya dengan mengucapkan dalam hati "saya kaya, saya kaya" dan suatu ketika bahwa dia yakin dengan dirinya bahwa ia telah menjadi kaya dan berkata ke orang lain bahwa saat ini ia adalah orang kaya. Tapi orang lain tahu dia bukan orang yang kaya, karena dia tidak memiliki apapun juga sehingga layak untuk disebut orang kaya. Apa yang dilakukan simiskin tadi adalah usaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ia adalah kaya, making mood, tetapi dia tidak memiliki apapun juga untuk layak disebut oarang kaya.
Seperti yang tyang sampaikan tadi, memingat Tuhan bukanlah kesadaran Tuhan.Kesadaran Tuhan adalah State of Conciousness, tingkat kesadaran yang kita dapatkan secara alami melului sadhana. Mungkin rekan2 seperjalanan sudah mengetahui apa itu 7 tingkat kesadaran, tapi untuk memperlengkap tulisan ini
tyang coba hadirkan lagi. Tiga kesadaran yang pertama adalah terjaga, bermimpi dan tidur. Bagi kebanyakan orang yang tidak melakukan sadhana mereka hanya memiliki 3 tingkat kesdaran tersebut saja. Setiap ketiga tingkat kesadaran tersebut memiliki fisiologi dan juga tingkat pikiran yang berbeda. Terjaga berbeda dengan bermimpi, bermimpi berbeda dengan tidur, dan juga sebaliknya. Ketiga kesadaran tersebut sangat berbeda.
Saat seseorang telah mulai melakukan sadhana, maka orang tersebut mimiliki tingkat kesadaran yang baru yaitu Turia, tingkat kesadaran yang keempat, yang juga berbeda dari ketiga tingakat kesadaran sebelumnya.
Seiring dengan waktu, maka orang yang melakukan sadhana dengan penuh disiplin, maka ia mulai mencapai penecerahan tingkat pertama (kesadaran kosmik atau jiwan mukta) atau kesadaran tingkat kelima. Pada saat seseorang telah
mencapai kesadaran ini, kehidupan akan berubah, pengalaman hidup pun akan berubah. Kesadaran ini adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami turia selama 24 jam, artinya saat mereka terjaga, bermimpi atau tertidur, orang
tersebut mengalami turia. Atau merupakan gabungan dari ketiga kesadaran; terjaga, bermimpi dan tidur dengan kesadaran yang keempat, turia. Orang yang telah mencapai kesadaran ini, menyadari bahwa Sang Diri terpisah dari aktivitas. Semua aktivitas diatur oleh tri guna.
Kemudian, setalah mencapai jiwan mukta atau kesadaran kosmik, kesadaran orang tersebut masih dapat berkembang lagi, yaitu kesadaran Tuhan atau kesadaran tingkat ke enam. Kesadaran Tuhan ini adalah pematangan dari kesadaran yang ke lima. Seseorang yang mencapai kesadaran ini mampu
melihat nilai yang terhalus dari sebuah obyek. Sebagai misal kalau kita melihat pensil, sebelum kita mencapai kesadaran ini, kita hanya mengetahui pensil itu dari
pengelihatan luar saja, pada hal ada nilai yang lebih halus dan dalam dari pensil itu sendiri. Ia melihat Tuhan didalam pensil, di tumbuhan, dimana saja.
Setelah orang mencapai Kesadaran Tuhan, apakah kesadaran seseorang dapat berkembang lagi? jawabnya Ya. Setelah seseorang mencapai kesadaran Tuhan, ia pun memungkinkan untuk mengembangkan kesadaranya untuk mencapai kesadaran yang ke tujuh yaitu Unity Conciousness, kesadaran menyatu, atau Brahmic chetana (maaf salah spelling lagi). Ia tidak hanya melihat dan menyadari bahwa semuanya adalah Tuhan, tapi ia telah menyatu dengan Tuhan itu sendiri.
Ngih asapunika, barang kali ada yang bisa menambahkan sehingga tulisan ini menjadi sempurna
0 komentar:
Posting Komentar