Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga, kemudian membuang sesuatu yang dianggap tidak berharga. Semakin dianggap bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dalam dijaganya.

Ada yang sibuk menjaga harta karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajah agar awet muda karena awet muda itulah yang dianggap paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatan karena kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuat berharga. Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari Allah swt yang Maha Agung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam qalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.

Karena sudah sepantas dalam mencari apapun di dunia ini kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah Allah swt itu tidak hilang. Misalnya ketika mencari uang untuk nafkah keluarga kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencari tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini, hidayah Allah swt sebagai sebuah barang berharga tak hilang dan taufik tak sampai sirna. Begitupula ketika menuntut ilmu kita kejar ilmu setinggi-tinggi tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah Allah swt tak sampai sirna. Bahkan, seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan diri dengan sumber hidayah dari Allah swt. Ada sebuah doa yang Allah swt ajarkan kepada kita melalui firman-Nya “Robbanaa laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…” (Ya Tuhan kami jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia). Demikianlah Allah Azza wa Jalla, Dzat Yang Maha Pemberi Karunia Hidayah mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita di tiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita. Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam . Dan ternyata, keluarganya tak bisa menerima kenyataan ini sehingga sang ibu mengusirnya dari rumah. Kejadian ketika menjelang jam lima sore telepon berdering suara diujung sana berbicara dengan terbata-bata “Aa aa tolong a tolong…!”. Belum selesai berbicara, hubungan telepon langsung terputus. Dari nada tersebut, jelas menggambarkan satu keadaan darurat sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya, tak diketahui dimana menelponnya? Keadaan bagaimana? Cuma yang diketahui dengan pasti adalah bahwa Allah swt Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian dan Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah “illabiidznillah” tanpa ijin Allah, dan tak akan teraniaya kecuali dengan ijin Allah pula.

Usai hubungan telepon terputus saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya telepon direbut atau kabel diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tua atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan Allah swt bahwa hanya dengan karunia-Nya sajalah hidayah bisa sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa utk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya tapi kalau Allah Azza wa Jalla Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di qalbu kita, lihat bagaimana Bilal bin Rabbah sahabat Rasulullah saw yang mulia dijemur diterik matahari dibawah beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat tapi bibir yang mulia tetap mengucapkan “Allah Allah Allah”. Demikianlah jikalau Allah telah menghunjamkan karunia hidayah, tidak akan ada seorangpun yangg bisa melepaskannya. Begitupun dengan anak dalam kejadian ini, setelah telepon diputus oleh ibu ternyata benar ia dianiaya dijambak dan dirobek-robek jilbabnya. Kemudian dengan izin Allah swt dia dapat kembali menutup aurat, dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya Allah swt-lah yang melepaskan dari tiap kesempitan.

Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan Allah Azza wa Jalla. Betapapun tak ada yang menolong, yakinlah bahwa Allah swt-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman Allah swt. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan atau bahkan tendangan kaki kecuali tenaga karunia dari Allah swt. Tidak ada satupun darah yang menetes kecuali dengan izin Allah swt. Karena mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana Allah swt menanamkan keyakinan kepadanya. Karena, walaupun tak ada yang menolong yakinlah bahwa Allah swt-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan dinaikan peringkat kedudukannya disisi Allah swt ialah dengan diuji menggunakan bala dan kesempitan terlebih dulu. Allah swt dalam hal ini berfirman:

“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?” (QS. Az Zumar (39): 37) .

“Dan siapa yang disesatkan oleh Allah maka tak ada yang dapat menujukinya”. (QS. Ar Ra’du (13): 33). “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS. Al Kahfi (18): 17)

“Sesungguh Allah membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al Fathir (35): 8).

Imam Ibnu Athoillah dalam kitab yang terkenal Al Hikam memaparkan “Nur iman keyakinan dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah swt serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Nur itu sebagai tentara yang membantu hati sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah swt akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan”. Nur cahaya terang berupa tauhid iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan syirik dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu sedang perang yang terjadi antara kedua tak kunjung berhenti dan selalu menang dan kalah. Lebih lanjut beliau berujar “Nur itulah yang menerangi dan bashirah itulah yang menentukan hukum dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk lalu dgn matahati ditetapkan hukum dan setelah itu maka matahati yang melaksanakan atau menggagalkannya.”. Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah.