Di bulan puasa ini ada satu hal yang harus kita tingkatkan dari sekian banyak hal yang memang harus kita tingkatkan. Satu hal itu adalah frekwensi, intensitas untuk mengingat Tuhan kita Allah Swt. Senantiasa berdzikir kepada Allah Swt ketika kita dalam menahan diri dari tidak minum, tidak berhubungan seksual itu adalah sebuah kondisi yang luar biasa untuk meningkatkan daya ingat kita. Untuk semakin mengingatkan kita kepada Allah Swt.

Suatu saat Rasulullah Saw tiba gilirannya untuk bermalam bersama istri beliau yang termuda yaitu Aisyah r.ha. Tetapi pada malam itu beliau minta izin untuk melewati malamnya dengan sholat tahajud.

Di ujung sholat tahajud beliau menangis, dan ketika Bilal datang kepadanya beliau bertanya, “Nabi, kenapa engkau menangis. Bukankah dosa-dosamu yang terdahulu dan akan datang selalu diampuni oleh Allah Swt”. Rasulullah Saw kemudian menjawab, “Bagaimana saya tidak menangis, sebab semalam telah turun ayat yang artinya sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring sambil memikirkan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt”.

Setelah itu kemudian Rasulullah Saw berkomentar kepada Bilal bin Rabbah dengan mengatakan, “Bilal, celakalah orang yang membaca ayat ini akan tetapi tidak memikirkan kandungannya”. Rasulullah, dengan seperti itu memberikan pesan kepada kita agar hidup ini kita lewati dengan terus menerus mengingat Tuhan kita Allah Swt dalam setiap kesempatan. Dan terus-menerus memfikirkan, mentafakuri kebesaran dan kemutlakan kekuasaan Allah Swt.

Dengan berdzikir, dengan mengingat Allah Swt kita menyadari bahwa Allah Swt berkuasa mutlak terhadap kehidupan ini.

Allah Swt yang mengurusi kehidupan kita. Dengan begitu kita akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Karena puasa adalah sarana untuk menjauhkan diri kita dan mengambil jarak beberapa saat terhadap dunia dan materi. Dan diri yang sudah jauh dari dunia dan materi akan sangat mudah berinteraksi dengan Sang Khalik Allah Swt.

Disaat inilah kita akan menemukan ketenangan jiwa dan kedamaian dalam kehidupan. Terkait hakikat kebahagiaan ini, salafush sholeh kita yang terdahulu pernah berkata bahwa, “Tidak ada kebahagiaan yang hakiki melebihi bahagianya seorang manusia yang menyendiri bersama Tuhan-Nya lalu dia berdo’a, bermunajat dan meminta kepada-Nya”.

Semoga hari-hari puasa kita menjadi hari-hari dimana kita senantiasa mengingat Allah Swt. Senantiasa mentafakhuri kebesaran ciptaan Allah Swt, senantiasa mensyukuri segala macam nikmat dan karunia-Nya. Jika kita mampu melaksanakan semua ini, maka gelar taqwa akan kita peroleh dan kebahagiaan yang kekal abadi yang telah Dia janjikan akan kita peroleh.